Bak reka ulang adegan dalam sebuah film. Hari berikutnya, saat lagi-lagi Nia pulang-kali ini sehabis bekerja dan melewati rute yang sama dengan kemarin, untuk kedua kalinya pula ia tak sengaja memergoki seorang laki-laki berdandan ala perempuan sedang duduk di warung. Tempat yang sama dengan beberapa hari lalu saat banci itu menggodanya. Ia duduk dengan satu kaki diangkat keatas kursi sambil menghisap rokok yang terselip diantara jari-jarinya.
Mata Nia tidak minus, apalagi buta. Ia masih bisa mengenali orang-orang yang pernah dilihatnya dengan jelas. Dan waria yang sedang duduk disana benar-benar memiliki wajah yang mirip dengan anak manajemen bernama Jeffian itu.
Karena iseng dan penasaran, Nia menepikan kendaraannya ditepi jalan kemudian segera turun dengan alasan membeli sesuatu di warung. Sambil terus melirik secara diam-diam, dipandanginya lamat-lamat cowok itu. Dengan rok terangkat sampai setengah paha dan wig panjang berantakan, apalagi pakai acara merokok segala, sumpah-dia banci paling brutal yang pernah Nia lihat seumur hidup.
Ini sih fix banget cowok manajemen, pikir Nia.
"bang, teh anget dong satu." pesan Jeffian santai pada pemilik warung. Dan yang membuat Nia hampir menganga adalah suara Jeffian yang ternyata cowok abisss.
"ah nyusahin aja nih anak. Emak lo enggak nanyain apa tiap malem anaknya keluyuran mulu?"
Sambil berpura-pura memilih jajanan kecil, Nia menyimak pembicaraan mereka. Meski terdengar keberatan, namun kelihatannya pemilik warung itu sudah kenal dekat dengan si banci ini. Entah karena setiap malam mampir atau bagaimana.
Jeffian tak membalas, malah asik merokok. Seolah tidak peduli dengan satu pengunjung lainnya yang sejak tadi terus memperhatikan gayanya yang tidak jelas ini.
Nia berdeham singkat, "pak, ada kopi susu gak?" tanyanya.
"ada. Mau?"
Cewek itu mengangguk, "satu ya." ucapnya.
"okeee."
Pada akhirnya dan tanpa direncanakan sebelumnya, Nia malah memesan satu gelas kopi susu. Tujuannya jelas agar bisa lebih lama berada disini. Ia benar-benar ingin memastikan bahwa cewek jadi-jadian itu benar Jeffian yang hampir setiap hari selalu tampil ganteng di kampus. Iya emang ganteng, jadi banci aja ganteng banget.
Dengan sedikit keraguan ia memberanikan diri duduk diseberang cowok itu. Kemudian membuka snack cokelat secara perlahan hingga menciptakan suara robekan kemasan yang khas. Membuat cowok didepannya langsung mengangkat pandangan kearahnya.
Diluar dugaan lagi, Jeffian malah tersenyum super lebar sampai kedua matanya menyipit. Lalu sedetik kemudian wajahnya langsung berubah biasa lagi sembari ia alihkan pandangan kearah lain. Benar-benar tidak peduli orang sekitar akan menganggapnya apa. Dan satu lagi, kayaknya dia gak sadar siapa cewek yang ada didepannya ini.
"nih mbak, kopinya." ucap pedangan tersebut setelah meletakkan segelas kopi didepan Nia.
"iya, makasih." balas Nia singkat.
Si pedangan tersenyum sekilas sebelum ia menyenggol lengan Jeffian dan memberikan teh hangat pesanannya. Cowok itu sudah memberikan tatapan kesal dan hampir saja melontarkan protes kalau saja si pedagang tidak dengan cepat melirik kearah Nia. Dengan maksud agar Jeffian bersikap normal sedikit didepan orang asing.
Benar saja, setelah diberi kode singkat itu Jeffian langsung menurunkan posisi kakinya dari atas kursi. Lalu meneguk teh hangat miliknya dengan santai.
Suasana hening menyergap setelahnya. Sejak tadi Nia hanya terdiam sambil memakan snack cokelatnya meski tidak habis-habis. Sorot matanya langsung berubah waspada begitu orang yang sejak tadi diperhatikan menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Aku di-113 // JUNG JAEHYUN
FanfictionIni bukan kisah laki-laki berjas gagah yang berusaha untuk menggaet salah satu gadis incarannya. Melainkan, kisah anak kedua kambing betina yang berusaha tetap hidup dengan pekerjaan seadanya. Disanalah ia bertemu dengan "anunya", perombak mimpi, pe...