••Ending••
🐋🐋🐋
Beberapa waktu telah berlalu. Kondisi Nia kian hari semakin membaik, jauh dari pada awal insiden itu dimulai. Tak lagi jatuh setelah bertemu dengan Sadam meski hanya sekejap, justru momen seperti itulah yang membuatnya belajar untuk bisa lebih kuat. Menurut kacamata medis, ia sehat secara fisik juga mental. Meski demikian, perempuan dengan nama lengkap Anunia Zemira Pandhita itu akan selalu menjadi orang yang harus diawasi. Karena tak menutup kemungkinan suatu saat akan mengalami masalah kejiwaan yang lebih fatal jika mendapat tekanan kembali.
Diawali dengan Jeffian pada masa itu, ia pernah melangkah pada jalan yang salah. Menjadi seorang waria hanya demi mengais uang receh. Jeffian memiliki pribadi yang pendiam dan tertutup, ia lebih cenderung melampiaskan penatnya dengan melakukan hal-hal yang dirasa kurang menguntungkan. Setelah mengenal Nia, semuanya berubah. Wanita itu sukses mewarnai kehidupan gelapnya dengan lika-liku yang menarik. Membuat Jeffian tak bisa memungkiri bahwa ada rasa yang tumbuh lebih istimewa diantara padang tandus didalam hati. Ia jatuh cinta pada setiap bentuk perhatian yang tertuang dari cara Nia bersikap kepadanya.
Sampai suatu ketika ada kejadian buruk menimpa Nia, yang mengharusnya dirinya kehilangan mahkota paling suci sebagai tanda kehormatan seorang wanita. Bukan hanya itu, ia juga harus mengandung anak dari hasil kecelakaan malam itu. Awalnya Nia berpikir hidupnya akan selesai. Hubungan yang ia jalin bersama Jeffian pun akan kandas secara mengenaskan. Namun siapa yang menyangka kalau ternyata Jeffian tidak pernah berpikir untuk meninggalkan dirinya selepas tau semua fakta tersebut. Bahkan tak ingin memutus ikatan yang ada diantara mereka dan memilih menggantikan posisi pihak yang bersalah untuk membayar semua hasil dari perbuatan merugikan tersebut.
Timbal balik, itulah yang terjadi. Kata dua orang yang baru saja menemukan titik terindah dalam kisahnya itu, tiada guna hidup tanpa cinta. Begitupun sebaliknya, tiada guna cinta tanpa kehidupan. Maka mereka diciptakan oleh Tuhan untuk mewujudkan semua itu bersama-sama. Meski sulit, namun bertahan adalah cara terbaik untuk bisa sampai pada akhir yang bahagia. Tidak peduli bahkan jika dunia sedang mencemooh, menertawakan nasib mereka berdua sekaligus. Bagi Jeffian maupun Nia, bisa menjadi besar berkat permasalahan hidup masing-masing tidaklah semudah yang terlihat. Belajar untuk saling menghargai dan memaafkan akan menjadi kunci utama bahagia, bagaimana pun itu.
"Jeff, nanti kamu sibuk gak?"
Sembari melipat beberapa helai pakaian yang sudah kering, Nia melihat kearah sang suami yang tengah sibuk menemani Meisie bermain masak-masakan dilantai kamar.
"enggak, aku kan lagi libur. Kenapa?" jawabnya.
"barusan ditelepon sama mama, biasa lah ada temu keluarga. Katanya sih sekalian mau lamaran sepupu aku."
Mengingat setiap tahun keluarga Nia pasti mengadakan acara, jadi tidak perlu heran lagi jika ada pertemuan. Jeffian nampak berpikir sambil menganggukkan kepala, mengiyakan.
"dimana emang acaranya?" tanya cowok itu.
"di rumah tante aku, daerah Bogor."
"jam berapa mau jalan?"
"paling jam empat kali, soalnya acara lamarannya juga malem." tambah Nia, "aku males sebenernya. Dadakan banget, padahal udah rencana mau belanja bulanan nanti malem."
"belanja bulanan bisa besok kan, sayang." sahut Jeffian kalem. Nampak tidak takut sama sekali akan ada omongan-omongan aneh mengenai dirinya setiap kali datang ke perkumpulan keluarga besar dari pihak sang istri. Karena yang orang-orang tau sampai sekarang, Jeffian dan Nia menikah tanpa ada kasus. "gak enak sama yang lain kalo gak dateng."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Aku di-113 // JUNG JAEHYUN
FanfictionIni bukan kisah laki-laki berjas gagah yang berusaha untuk menggaet salah satu gadis incarannya. Melainkan, kisah anak kedua kambing betina yang berusaha tetap hidup dengan pekerjaan seadanya. Disanalah ia bertemu dengan "anunya", perombak mimpi, pe...