3• PENYUKA SESAMA JENIS (II)

3.2K 575 53
                                    

Hari kemudian. Frekuensi pertemuan antara Anunia dan Jeffian yang sebelumnya jarang atau bahkan tidak saling mengenal sama sekali menjadi lebih sering setelah keributan waktu itu. Nia merasa kalau belakangan ini Jeffian malah sengaja dan sering menampakkan diri disekitarnya. Menginginkan sebuah eksistensi dan berharap kehadirannya dapat diapresiasi. Padahal bukan begitu niat dan tujuan yang sebenarnya dari sudut pandang Jeffian. Cowok itu ingin mengikat Nia dengan cara apapun. Karena bagi Jeffian, Nia adalah satu-satunya orang yang mengetahui fakta terselubung yang selama ini ia sembunyikan. Tidak perlu dekat dalam artian lain, sekadar memantau dengan jarak pun itu sudah cukup.

Siang itu Jeffian sedang sibuk di kelasnya. Bukan sibuk mengerjakan tugas seperti teman-teman lainnya, ia malah bersandar tenang dengan kedua telinga tersumbat headset. Baru saja hendak memejamkan mata, tiba-tiba Almer datang dan langsung menempati kursi kosong yang ada didepannya.

"tumben, ngapain lo?" tanya Jeffian sebagai salam pembuka. Kalian tau kan kalau Almer tidak berada dikelas yang sama dengan Jeffian?

"Jeff, ada berita panas tentang elo nih."

Jeffian lantas mengernyit tanpa membalas ucapan temannya itu.

"ada gosip yang bilang kalo elo bencong."

"kata siapa?" tanya Jeffian kalem. Dengan santai ia langsung melepas headsetnya satu persatu, kemudian beranjak dari tempatnya tanpa menunggu jawaban apapun dari Almer. Sedangkan temannya itu hanya bisa memperhatikan dengan mulut menganga, dalam hati kesal karena ditinggal.

Meskipun terlihat kalem dan biasa, namun ia sudah bersumpah ingin meremas-remas atau menggulung-gulung tersangka utama dalam kasus ini. Tidak ada orang selain Nia yang ada dalam pikirannya. Gadis itu pasti yang telah menyebarkan berita seperti ini.

Perjalanan Jeffian dari gedung manajemen terhenti begitu tiba ditempat yang dituju. Ia langsung masuk ke kelas yang dimana Nia sedang mengobrol heboh dengan teman-teman cewek lainnya.

"Anunya!"

Bukan hanya yang punya nama, tapi semua penghuni kelas langsung melihat kearah suara berat yang menggema itu.

Nia baru saja akan membuka mulut untuk menanyakan tentang keberadaan cowok itu, Jeffian sudah lebih dulu menarik lengannya. Membawanya keluar tanpa bicara sama sekali. Raut wajahnya terlihat lebih dingin daripada saat mereka bertemu kemarin.

"eh, lo tuh kalo narik gak kira-kira amat sih? Sakit!" protes Nia sambil melepaskan cekalan Jeffian dari miliknya. Setelah itu ia langsung mengusap-usap bagian tangan yang terasa sakit sambil memasang ekspresi cemberut. "ada apaan lagi sih?" sebalnya.

Jeffian melirik keadaan sekitar, memastikan bahwa di koridor itu tidak ada orang selain mereka berdua. Barulah fokusnya kembali pada gadis bersurai gelap sebahu yang ada dihadapnnya.

"heh, emang ya lo tuh cewek gak tau diuntung. Mentang-mentang gue gak bereaksi apa-apa, terus lo bisa nyebarin apa yang udah lo tau tentang gue ke semua orang gitu?"

"maksud lo apa sih?"

"ngomong apa aja lo sama orang-orang?" tanya Jeffian.

"ngomong?" Nia tertawa tak habis pikir, "lo ngira gue udah ngomong macem-macem gitu maksudnya? Lo ngira gue ngasih tau ke orang-orang kalo lo banc—aw!"

Refleks Nia memegangi bibirnya yang baru saja mendapat sentilan oleh cowok sialan didepannya. Ia langsung melotot tidak terima. Pertama, ia dituduh tanpa alasan. Kedua, disentil. Bukannya merasa bersalah, Jeffian malah balas melotot kearahnya.

"diem lo ya, liat pembalasan gue." ujarnya kemudian segera pergi meninggalkan Nia yang masih mematung ditempat. Tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh cowok itu sebenarnya.

✔ Aku di-113 // JUNG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang