Pukul tiga dini hari setelah melewati beberapa jam yang menguras energi. Nia terdiam, memandang wajah laki-laki yang tengah terpejam dengan tenang disebelahnya. Seolah tidak ingin melewatkan satu lekuk pun kesempurnaan yang ada. Tangannya bergerak untuk menyentuh bahu Jeffian yang polos tanpa baju, kemudian beralih pada pipi suaminya itu yang selalu menjadi bagian favorit kedua setelah bibir. Nia tersenyum tipis kala iseng memainkan jemarinya diwajah yang penuh ketegasan sang raja, tapi si pemilik nampak enggan membuka mata dan tetap terlarut dalam tidur panjangnya.
Nia masih tak menyangka, bahwa ia akhirnya bisa ada diposisi seperti sekarang ini. Menjadi istri dari seorang laki-laki yang dicintainya, walau lebih karena terdesak situasi. Kini, ia sukses menempatkan semua orang dalam posisi yang cukup sulit. Tak terkecuali Jeffian sekalipun. Dan lagi, Jeffian juga bukan orang pertama yang bisa menyentuhnya seperti beberapa waktu lalu. Keduanya sudah pasti sadar dengan baik.
Kalau waktu itu Nia dipaksa untuk menyerahkan diri, kali ini justru ia yang secara sukarela memberikan seluruh jiwa dan raganya kepada orang yang berhak. Tadi itu, Nia sempat kesulitan. Bayang-bayang Sadam terlintas didalam kepalanya ketika sedang melakukan hal intim bersama Jeffian. Mendadak dan tak terduga. Membuat dirinya hampir gila dan pada akhirnya hanya bisa meneteskan air mata penyesalan. Ia ingin menghapus kejadian itu dari hidupnya, namun ternyata begitu sulit.
Dari cara Jeffian menenangkan diri Nia, menghapus air mata dan mengecup lembut bibirnya, sungguh membuat wanita itu jatuh cinta untuk yang kesejuta kali. Tidak marah atau mengintimidasi sama sekali, justru Jeffian malah memeluknya. Menyalurkan ketenangan sambil terus mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja. Ia yang lebih dulu hendak menyudahi kegiatan tersebut karena paham kondisi Nia yang belum sepenuhnya bisa melupakan kejadian menyakitkan itu. Sayangnya, berbanding terbalik dengan keputusan Jeffian, Nia justru meminta untuk tetap melanjutkan. Malam ini ia hanya menginginkan Jeffian. Itu poin pentingnya.
Sekarang Nia tau rasanya bagaimana memadu cinta bersama orang yang tepat. Karenanya ia tak bisa menyembunyikan senyum sampai detik ini. Beberapa jam lalu adalah waktu yang sangat berarti. Apa yang terjadi sungguh membuatnya merasa kalau dunia ini bisa jadi milik berdua meski hanya sekejap. Nia sadar sekarang, betapa ia mencintai Jeffian dan tak ingin kehilangan kekasihnya itu sama sekali.
Digesernya tubuh itu merapat, dengan tujuan agar bisa lebih mudah menggapai keinginannya. Nia mendekat, lalu mencium pipi Jeffian penuh kasih. Senang rasanya bisa sedekat itu dan saling memiliki dengan bebas. Sampai-sampai ia tak sadar bahwa sudah memperlakukan Jeffian layaknya seorang bayi. Mengusap, mencubit atau memainkan pipi yang bersangkutan. Kalau suku Jawa Tengah biasa menyebutnya ndusel-ndusel, iya kan?
"Jeffi.."
Ucapnya pelan, namun tak juga membangunkan laki-laki itu.
"capek banget ya, Jeff?" gumamnya lagi.
Karena tak mendapat jawaban, akhirnya Nia kembali diam. Beberapa saat kemudian ikut memejamkan mata sambil merengkuh tubuh cowok itu dan menjadikannya sebuah guling pelengkap tidur.
Waktu terus bergulir. Langit yang sebelumnya gelap kini berubah terang karena matahari mulai mengambil alih posisi bulan untuk menyinari bumi. Cahaya yang masuk melalui celah jendela menjadi alarm dari jagat raya, membuat setiap raga yang masih enggan beranjak dari tempatnya mulai terjaga dan membuka mata.
Jeffian menoleh dan mendapati posisi Nia yang benar-benar merapat padanya. Dari jarak sedekat itu memang lebih dari cukup untuk mengingatkan pada momen kemarin malam. Tak ingin terlarut kembali, Jeffian langsung duduk. Mengusak wajah dan rambutnya sesaat sambil mempersiapkan diri untuk menyambut aktivitas dihari yang baru. Tapi sayangnya senyum dibibir cowok itu malah muncul, tatkala tak bisa melupakan begitu saja apa yang sudah terjadi diantara dirinya dan Nia. Sudah gila, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Aku di-113 // JUNG JAEHYUN
FanfictionIni bukan kisah laki-laki berjas gagah yang berusaha untuk menggaet salah satu gadis incarannya. Melainkan, kisah anak kedua kambing betina yang berusaha tetap hidup dengan pekerjaan seadanya. Disanalah ia bertemu dengan "anunya", perombak mimpi, pe...