15• MAU JADI PMK

2.4K 490 54
                                    

Mendiami sebuah ruang dalam perpustakaan universitas sudah ditekuni oleh seorang laki-laki tampan berlesung pipi—yang hari ini tumben banget kelihatan berbeda. Dari segi penampilan yang paling utama. Kalau soal pakaian masih sama, santai tapi tetap nyaman dipandang. Tapi kali ini rambutnya disisir rapi keatas hingga dahi indahnya terlihat jelas bak pimpinan perusahaan yang sering muncul dalam cerita fiksi romansa zaman sekarang. Tidak ada perempuan yang tidak jatuh cinta ketika melihatnya.

Hei, siapa pikir di perpustakaan itu hanya ada dirinya seorang? Ini tempat umum, siapapun boleh mengunjungi. Tak terkecuali Anunia, yang diam-diam menguntit sambil sesekali mengintip melalui celah kecil yang tercipta dari jajaran buku didepannya. Memandangi dari jauh, lalu tersenyum tanpa sebab pada akhirnya.

Jeffian, ia tampan, juga baik. Sifat dan karakternya pun unik. Terlebih, orangnya pandai menempatkan diri. Secara keseluruhan ia memang menyedihkan, tapi seolah semua itu tertutupi dengan senyumnya yang secerah mentari kala menyinari bumi. Jeffian memiliki banyak rahasia dan tidak bisa ia tunjukkan kepada siapapun, kecuali orang yang memang menurutnya bisa diajak berbagi. Kepribadiannya sangat tenang, itu positifnya.

Lima belas menit berlalu, Nia mengambil salah satu buku dari rak didepannya kemudian memberanikan diri untuk mendekat. Dengan sengaja duduk pada bangku kayu tepat disebelah cowok yang menjadi pantauannya sejak tadi.

Kesibukan Jeffian mendadak terdistraksi. Dialihkannya pandangan kepada seseorang yang baru tiba itu, hendak menegur karena sudah mengganggu. Namun niatnya mendadak ia urungkan begitu tau siapa yang ada disebelahnya saat ini. Sedangkan Nia, langsung tersenyum lebar. Fokus maniknya tertuju pada in ear putih yang menyumpal telinga Jeffian, menarik atensinya yang secara terang-terangan mengambil alih kabel sebelah kanan untuk dipakaikan ke telinganya sendiri.

Menimpali kejahilan si cewek, Jeffian lantas menarik kembali benda itu hingga terlepas dari telinga Nia. Kemudian memasang ekspresi super santai sambil menaikkan sebelah alis tak acuh. Karena terpancing, Nia melakukan hal serupa. Menarik kembali in ear sebelah kiri yang masih menyangkut ditelinga cowok itu, lalu meletakkannya diatas meja sambil mengerucutkan bibir. Sedang fokus netranya tak teralihkan sama sekali, dibalasnya tatapan Jeffian dengan penuh hantaran listrik.

"ngapain sih kesini?" tanya Jeffian pada akhirnya.

"cari referensi, gak boleh?"

"enggak." timpalnya lagi.

"emang ini perpus punya nenek moyang lo?"

"bisa jadi, siapa tau neneknya-nenek gue dulunya pernah menyumbang atau berkontribusi sesuatu dalam pembangunan kampus ini."

"terserah."

Tanpa ingin memperpanjang, Nia mengangkat sedikit buku yang dibawanya sejajar dengan kedua mata. Mengisyaratkan bahwa ia ingin membaca dengan tenang saat ini. Lagi pula, kalau ketahuan membuat onar di perpustakaan, mereka bisa-bisa ditendang keluar oleh bapak penjaga yang terkenal dengan tabiat sedingin es kutub utaranya.

Disampingnya, Jeffian iseng melirik buku yang dipegang Nia. Seketika itu juga senyum geli tercetak dibibirnya.

"itu buku pajak, sayang."

DUARRR

Cekik saja gue sekarang! —Anunia, yang siap mati.

Gadis itu langsung mematung sempurna. Rasa malunya memuncak dari ujung kaki sampai ubun-ubun. Yang pertama, ia ketahuan berbohong dalam rangka mencari referensi sementara buku yang dibawanya jelas-jelas memiliki judul sebesar aksara Cina dengan tulisan 'Pengantar Perpajakan'. Kedua, Jeffian terlalu enteng dalam bertutur kata. Candaannya tadi mampu membakar gas dalam dada, yang mengakibatkan jantungnya sempat berhenti berdetak selama beberapa detik. Malu-malu, ditengoknya cowok itu. Jeffian sudah berkutat kembali dengan buku ditangannya walau terlihat jelas masih menahan tawa.

✔ Aku di-113 // JUNG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang