52• MEISIE

2.2K 333 100
                                    

Tapi boonk, hehe




















🐋🐋🐋

Mutiara pertama yang terlihat begitu cantik bak bunga mawar—adalah arti dari sebuah nama bayi perempuan milik Anunia, Meisie Prima Arrosalinda. Nama itu diberikan oleh Jeffian karena menurutnya sangat cocok. Pun juga tersemat doa didalamnya, berharap kelak putri kecil itu tumbuh dengan baik. Tanpa melupakan ladang tempatnya berasal. Ini memang termasuk kepercayaan lama, tapi tak ada yang dapat menebak kejutan dari semesta jika sudah ada campur tangan Tuhan. Anak tetaplah anak, tak berdosa dan tak mengerti apa-apa mengenai hidupnya yang sempat tidak diharapkan. Terkecuali jika besar nanti keluarga memutuskan untuk memberitau yang sebenarnya. Si anak sudah ada bekal mental untuk menerima. Namun, bagi Jeffian, ia bersikeras tidak akan pernah memberitau siapapun bahwa Sadam adalah ayah dari bayi itu yang sebenarnya. Ia berjanji ingin membesarkan Meisie dengan seluruh jiwa, tanpa kecuali.

Satu bulan berselang sejak kelahiran Meisie ke dunia. Nia tetap ingin tinggal bersama Jeffian, tak peduli bahwa suaminya itu mungkin bekerja dengan frekuensi waktu dua puluh empat jam setiap empat hari dalam seminggu. Orangtuanya sudah mengizinkan ia untuk kembali, tinggal di rumah lama sampai Meisie berusia sekurang-kurangnya satu tahun. Lucunya, Nia merasa tidak ada bedanya pindah ataupun tetap disini. Karena disana pun mama dan papa baru bisa bertemu dengannya setiap malam, bukan setiap saat. Jadi, keputusan terbaik adalah tetap ditempat dan belajar untuk mandiri dalam berperan sebagai seorang ibu.

Sayangnya, Nia lupa kalau ia memiliki trauma kejadian lama yang membuat kondisi psikologisnya sering terganggu. Ditambah setelah menikah sempat dilarang untuk bersama suami. Bukan baru-baru ini ia kembali merasa ada yang tidak beres dengan mentalnya, bahkan sejak hamil pun sudah. Ya, beruntungnya bayi yang dikandung tidak lahir dengan komplikasi penyakit tertentu.

Meski sudah dibantu sedikit-sedikit oleh ibu, namun kecenderungan Nia dalam mengurus bayi baru lahir ternyata cukup membuat kepalanya ingin meledak menjadi kepingan-kepingan kecil. Ia gagal paham mengapa bayinya bisa sering menangis. Ditambah lagi air susu yang tidak keluar deras, menjadikan bukan hanya payudaranya yang terasa sakit, tapi juga seluruh tubuhnya bak habis tertimpa runtuhan batu. Nyeri dimana-mana, belum lagi anak kesulitan menyusu, rasanya Nia ingin menggila saja sekarang.

Jujur, ia kelelahan dalam mengurus ini dan itu. Terlalu banyak stressor semakin membuatnya tertekan dan kesulitan. Sampai suatu hari Nia akhirnya membuat janji dengan konsultan laktasi di rumah sakit, demi mengatasi permasalahan pasca persalinan ini.

"ahh.."

Nia menggigit bibir sambil mencengkram kuat-kuat meja disamping tempat tidur saat merasakan sakit luar biasa ketika menyusui. Belum juga berhasil air susunya keluar, bayinya sudah menangis karena tidak sabar. Buru-buru diteleponnya Jeffian, hendak meminta diantarkan untuk ke rumah sakit. Namun hanya nada sambung yang terdengar sesaat, setelah itu dialihkan ke pesan suara. Karena kesal, dihempaskannya ponsel begitu saja. Lalu kembali dilihatnya Meisie yang masih berada dalam dekapan.

"astaga, bisa diem gak sih?!"

Berhubung tak ada yang bisa dimintai pertolongan, Nia nekat mengambil kunci mobil milik Jeffian dari laci penyimpanan. Sekaligus merampas tas kecil untuk menempatkan dompet dan handphone. Dititipkannya si anak kepada ibu, dengan dalih ingin pergi ke suatu tempat karena ada yang mendesak.

Sampai di rumah sakit tak langsung bertemu dengan konsultan karena ia menjadi pasien ke-lima yang artinya harus menunggu beberapa orang menyelesaikan kegiatan mereka. Ponsel dalam genggamannya berdering, menampilkan nama Jeffian dilayar utama. Nia terdiam, enggan mengangkat telepon tersebut dan membiarkannya berhenti dalam beberapa detik. Sekiranya ada empat panggilan tidak terjawab, disusul pesan singkat yang berisikan pertanyaan mengenai apa yang terjadi saat ini.

✔ Aku di-113 // JUNG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang