Jam istirahat mata kuliah kebetulan sekali berbarengan. Begitu keluar kelas bersama dengan gerombolan temannya, Jeffian sudah ditunggu oleh seseorang. Berdiri diam didekat tiang balkon dengan senyum manis yang tidak dibuat-buat. Menciptakan tanda tanya besar dikepala cowok-cowok yang sebelumnya mengetahui perseteruan antara Jeffian dengan si cewek yang katanya penyuka sesama jenis.
Jelas-jelas kemarin mereka bergelut dilantai ini, dengan Nia yang menarik kencang rambut Jeffian lalu pergi setelah mengatakan bahwa dirinya sangat membenci cowok itu. Tapi pemandangan hari ini justru berbanding terbalik.
Beberapa orang bermulut jahil langsung menyerukan cuitan-cuitan iseng, sementara beberapa lagi langsung menepuk-nepuk bahu Jeffian untuk menunjukkan siapa yang sudah menunggunya itu.
"hai, Jeff!" sapa Nia sambil melambaikan tangan singkat.
Semakin memancing sorak tidak jelas dari teman-teman cowok itu. Persis seperti anak SMP yang baru puber. Sementara Jeffian sendiri masih berdiri mematung dengan penuh keheranan. Memangnya apa yang ia lakukan semalam sampai bisa membuat gadis barbar itu menjadi lebih lunak sekarang?
"boleh pinjem Jeff sebentar?" tanyanya.
"bolehhh! Boleh banget." jawab mereka serempak.
"ya kali gak boleh. Temen kita ini jomblo dari lahir, baru kali ini deket sama cewek. Sikat aja udah!" sambung yang lain.
Ya iyalah, Jeffian kan tidak suka perempuan. Begitu kata Nia dalam hatinya. Ia hanya tersenyum sekali lagi, kemudian tanpa aba-aba menggandeng tangan Jeffian untuk segera mengikutinya. Membelokkan niat utama cowok dengan panggilan malam Jena itu hingga tidak jadi ke kantin untuk mengisi perut.
Masih dengan alis menyatu rapat dipandanginya Nia dari belakang. Ia perlu sedikit menggunakan tenaga untuk memutar balik posisi gadis itu agar menghadap padanya. Bersamaan dengan langkah mereka yang terhenti.
"lo kenapa nih tiba-tiba?"
"temenin gue ke perpus buat nyari referensi." jawab Nia apa adanya.
"emangnya cewek kalo jalan suka pegangan tangan ya?" tanyanya lagi sambil mengangkat tangan kanan yang masih digenggam erat oleh Nia.
Jeffian pernah melihat dua orang perempuan yang berteman baik seringkali bergandengan. Paling tidak yang satu merangkul lengan yang lainnya. Tapi bukan seperti ini.
"gak juga. Eh? Sumpah jari lo bagus banget dong. Sering ke salon ya? Suka pake kutek juga?" balas cewek itu salah fokus sambil membolak-balik tangan Jeffian.
Demi keamanan dan ketertiban bersama dan untuk mencegah tersebarnya identitas lain, Jeffian menoleh sekitar. Ia melirik sinis Nia kemudian melepas paksa tautan tangan mereka dan melanjutkan jalannya lebih dulu. Disusul Nia yang setelahnya.
Benar saja tujuan mereka adalah perpustakaan universitas. Jeffian yang tak memiliki kepentingan apapun dengan buku-buku disini hanya mengekor Nia. Sesekali iseng mengambil salah satu buku kemudian membuka lembar demi lembar tanpa minat sama sekali untuk membaca isinya. Membiarkan gadis yang menurutnya berkepribadian cukup aneh itu menyibukkan diri mencari apa yang memang ingin dicari.
Berakhirlah keduanya disana. Duduk lesehan dengan buku ditangan masing-masing. Sesekali Jeffian melirik sebelahnya, berusaha menerawang sekiranya sampai berapa lama ia akan membusuk disini melihat masih ada tiga tumpuk buku setebal kitab suci biksu Tong yang mengantri untuk dibaca oleh Nia. Menyambung desah penuh rasa ingin berontak yang terstimulasi dari sinyal cacing-cacing kelaparan.
Sebuah kotak makan berwarna biru muda terpampang dihadapan Jeffian tidak sampai lima detik sejak jiwanya meronta-ronta barusan. Sontak ditolehkannya kepala kearah cewek yang masih sibuk membaca disebelahnya. Hanya menyodorkan kotak bekal itu tanpa menatap maupun mengeluarkan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Aku di-113 // JUNG JAEHYUN
FanfictionIni bukan kisah laki-laki berjas gagah yang berusaha untuk menggaet salah satu gadis incarannya. Melainkan, kisah anak kedua kambing betina yang berusaha tetap hidup dengan pekerjaan seadanya. Disanalah ia bertemu dengan "anunya", perombak mimpi, pe...