"itu tuh yang itu!"
"iya itu kan? Yang lagi berdiri megang pisang, pake kaos putih?"
"iya itu!"
"cowok banget gitu, ganteng pula. Mata lo minus kali ah!"
"demi Allah, Rin. Dia kalo malem jadi bencong!"
🐋🐋🐋
Jadi ceritanya bermula tepat pada malam kemarin, Nia atau lengkapnya Anunia Zemira Pandhita baru saja pulang dari rumah temannya sehabis mengerjakan tugas makalah kelompok. Sekitar pukul sembilan malam Nia mampir ke warung kecil untuk membeli air mineral dan siapa yang menyangka bahwa ia akan bertemu dengan sosok jadi-jadian—gak jelas cowok atau cewek, yang ternyata memang biasa ngamen disekitar sana kalau kata pedagang disini. Satu yang membuat Nia benar-benar tak menyangka adalah bahwa cowok itu ternyata satu universitas dengannya!
"eyy, ada cewek nih. Godain aku donggg!"
Sumpah—Nia hampir meninju waria yang barusan mencolek lengannya kalau tidak dengan segera ia sadar siapa cowok dibalik bedak tebalnya itu. Tak ada yang bisa dilakukan selain melongo total saat itu. Mau nanya juga gak kenal namanya.
"nih, jangan kesini lagi lo ah. Ganggu gue aja." ucap pedangan warung kecil itu setelah memberikan sepeser uang dua ribuan.
Hanya demi uang receh ia—oh, cukup sulit untuk dibayangkan.
"eh abang gitu deh ah. Jena pergi dulu ya, dahhh abang!" balas cowok kecewek-cewekan yang mengaku namanya Jena itu sambil melambaikan tangan dengan lenjeh. Sesaat sebelum pergi, ia kembali melihat kearah Nia dan tersenyum tipis sembari mengedipkan sebelah mata. Sukses buat Nia merinding.
Hanya Nia yang menatap kepergian si Jena itu dengan penuh tanda tanya. Tanktop warna merah jambu dengan jaket croptop hitam, dipadukan dengan rok mini berwarna serupa. Sepatunya lebih mirip angkle boots. Sangat norak, tapi itu banci paling cakep pokoknya.
"mbak, tiga ribu airnya. Terpesona apa gimana sama Jena sampe melintir gitu?" interupsi si pedagang dan sukses membuat Nia tersadar kembali.
Cewek itu langsung mengeluarkan uang dari dalam saku jaketnya, "itu bencongnya sering kesini, pak?"
"tiap malem, mbak. Nih kembaliannya."
Sambil mengangguk paham, Nia menerima uang kembaliannya. "makasih, pak." ucapnya kemudian segera menaiki motor yang terparkir tak jauh ditepi jalan.
Dan gara-gara penampakan banci mengerikan itu, hampir sepanjang malam Nia tidak bisa memejamkan mata. Hanya karena memikirkan bahwa Jena benarlah cowok dari fakultas sebelah di kampusnya.
Esok hari seusai mata kuliah pertama, Nia langsung bergegas keluar kelas. Membawa serta temannya yang bernama lengkap Maurina untuk segera menuntaskan kasus tersebut. Entahlah, tapi bagi Nia ini merupakan satu hal yang membuatnya begitu penasaran sehingga ingin sekali mengetahui asal-usul cowok itu bisa menjadi waria.
Setelah diamati selama beberapa menit, Nia yakin betul bahwa dialah orangnya. Dari caranya tersenyum sampai lesung pipinya terlihat dan bentuk wajah yang serupa. Bedanya semalam pakai lipstik merah bold yang super tebal.
Melakukan pengamatan secara diam-diam ternyata tak cukup untuk mengetahui sedikit tentangnya. Rina malah keburu kelaparan dan lari ke kantin dengan sikap tak acuhnya. Yang jadi persoalan buat Rina bukanlah si cowok itu, melainkan Nia yang terlalu banyak berspekulasi. Cowok ganteng banget kayak gitu bisa dibilang banci, itu gimana coba?
Dua cewek itu akhirnya memilih mengisi perut mereka terlebih dulu sekarang, mengingat setelah ini perkuliahan dilanjut sampai sore. Tapi yang ada bukannya makan dengan tenang, Rina malah pengin banget nyumpel mulut temannya itu dengan sambal bakso. Dikarenakan sejak tadi Nia tak berhenti meminta padanya untuk mencari tau latar belakang cowok yang dimaksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Aku di-113 // JUNG JAEHYUN
FanfictionIni bukan kisah laki-laki berjas gagah yang berusaha untuk menggaet salah satu gadis incarannya. Melainkan, kisah anak kedua kambing betina yang berusaha tetap hidup dengan pekerjaan seadanya. Disanalah ia bertemu dengan "anunya", perombak mimpi, pe...