22• ADA BATASNYA

2.2K 426 70
                                    

Hari demi hari berlalu. Kisah Jeffian biar menjadi acuan untuk semakin bersemangat menjalani hidup kedepannya. Meski rasa kecewa takkan pernah hilang, namun dua orang yang tinggal dibawah satu atap takkan pula bisa saling membenci sampai kapanpun. Apalagi dalam konteks ini keterkaitannya adalah anak dan ibu. Setidaknya, Jeffian tidak mengulang apa yang telah dilakukan oleh kakaknya dulu. Ia ingin memperbaiki, bukan semakin menghancurkan ibunya.

Jangan lupakan peran Anunia, si gadis ceria pembawa cinta. Kehadirannya tak disangka-sangka akan menjadi yang paling dirindukan kala tidak ada. Seseorang yang sukses memecut kembali kehidupannya untuk terus melangkah maju, bukan diam ditempat apalagi mundur. Bersama Nia, ia bisa bernafas. Pun bersama Nia, ia bisa menapakkan kembali kakinya di bumi tanpa perlu takut dunia membencinya. Jeffian sadar telah memiliki orang lain disisinya, maka tidak akan dilepaskannya sampai kapanpun.

Cinta itu datang dengan sendirinya. Tumbuh diantara banyak bunga dan menjadi yang paling bersinar putiknya. Ibarat kumbang, Jeffian pasti akan selalu menyambangi bunga terindahnya itu. Datang karena harum semerbak menggugah selera. Menyatu karena warna menggoda rasa.

Sebagai laki-laki biasa tanpa kelebihan apapun, mendapati Anunia tentunya bukan hanya sekadar keserempet untung. Lebih dari itu, tapi merupakan takdir yang sangat sempurna. Jeffian bukan berasal dari keluarga banyak harta. Tidak juga bisa menjamu para wanita dengan barang-barang bermerek hasil pemberiannya. Maka dari itu, memiliki hubungan lebih daripada teman adalah pantangan untuk dirinya sendiri. Dalam arti, tidak akan dibiarkan wanitanya ikut merasakan kesulitan walaupun hati sudah meminta untuk diisi.

Diantara banyak perempuan, hanya satu nama itu yang mampu membuat pikiran Jeffian terbuka lebar dan menjadi lebih positif. Sekaligus yang telah merubah cara pandangnya terhadap arti kehidupan. Bahwa seseorang itu diberi kesempatan oleh Sang Pencipta untuk memilih jalannya masing-masing. Ada dua cabang yang terdapat didalamnya, dan keduanya memiliki akhir yang berbeda. Apa ia mau memperbaiki diri dan merasakan kebahagiaan, atau menyia-nyiakan begitu saja?

Selalu melekat didalam hati setiap bentuk perhatian yang selama ini ditunjukkan oleh Anunia untuk Jeffian. Bukan lagi dalam fase menegur kalau laki-laki itu telat makan, melainkan menghujaninya dengan ocehan panjang lebar jika kedapatan malas meneruskan skripsi.

"nonton film yuk?"

Malam ini Nia datang lagi ke rumah Jeffian. Berniat untuk menghabiskan beberapa film bersama dengan laki-laki itu tanpa ada niatan untuk pulang. Ya, sudah hitungan kedua ia menginap disini. Dan tak membuat si pemilik rumah keberatan sama sekali.

Selesai mengoreksi skripsi Jeffian ala-ala dosen pembimbing, Nia mengambil posisi diatas tempat tidur dengan laptop diatas pangkuan. Kemudian memindahkan file menggunakan flashdisk yang sudah ia persiapkan. Sementara Jeffian yang baru datang membawa segelas air putih sempat terdiam dan cukup bingung untuk menimpali. Pasalnya, kasur sudah dikuasai oleh gadis itu dengan posisi paling nyaman menurutnya. Sampai akhirnya ia tersadar ketika Nia menepuk tempat kosong disebelahnya dan mengisyaratkan untuk segera bergabung.

"tapi gue lupa beli cemilan. Apa beli dulu ya?"

"gak usah," dengan sigap ditahannya tangan Nia ketika hendak beranjak, "udah malem."

"o-oke."

Kini keduanya kembali duduk berdampingan, memandang lurus kearah layar laptop yang mulai menayangkan sebuah film asal negeri gingseng-Korea. Film tersebut mengisahkan tentang seorang anak yang harus kehilangan ayahnya akibat tuduhan tindak kriminal, yang mengakibatkan sang ayah harus dihukum mati saat itu. Bagi yang pernah menonton pasti merasakan betul-betul bagaimana perjuangan si tokoh ayah ini dalam menghidupi anaknya, walaupun ia sendiri memiliki kekurangan mental.

✔ Aku di-113 // JUNG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang