8• NAIK BYSON LARUT MALAM

2.5K 509 62
                                    

Nia tak berpikir sama sekali bahwa Jeffian benar akan membawa dirinya mampir ke rumah. Mereka harus menempuh perjalanan setidaknya dari halte pertama ke halte kedua untuk sampai di titik terdekat lokasi. Wajar karena memang tadi mereka hanya berlari mengikuti rasa panik, sehingga tak berpikir sama sekali akan berakhir di lokasi yang berbeda.

Setelah masuk gang, perlu sekitar dua menit untuk berjalan kaki. Melewati beberapa petak rumah penduduk yang rata-rata pintunya sudah tertutup rapat karena memasuki waktu istirahat. Kediaman Jeffian tepat berada setelah tikungan landai. Terdapat tangga menurun yang menghubungkan akses utama dengan pagar cokelat tua bergembok rapat. Rumah ini memiliki letak agak kebawah, tapi memang bangunan milik sendiri.

Ia mengangguk samar saat Jeffian mengajaknya masuk usai membuka kunci pagar. Lalu tanpa canggung ataupun diwarnai dengan keributan seperti yang selama ini mereka lakukan, dipersilahkannya tamu itu untuk duduk di ruang tamu. Sementara si pemilik rumah meminta izin untuk mengurus sesuatu.

Rumah ini sederhana, tapi tidak buruk untuk ditinggali. Terdapat dua ruang kamar yang bersebelahan, lalu dapur disudut lainnya, juga kamar mandi berukuran sedang. Dan ditempat Nia berada saat ini—atau jika ada tamu lain yang berkunjung, mereka akan disuguhi dengan pemandangan dinding semen polos dengan tekstur yang khas mendominasi seluruh ruangan. Tidak ada cat warna seperti rumah-rumah lainnya. Aquarium disudut sebelah meja televisi menjadi satu-satunya yang paling colorful karena dilengkapi dengan lampu neon.

Betapa kecewanya Nia ketika berusaha mendekati aquarium tersebut dan tak menemukan satupun makhluk hidup berinsang yang berenang didalamnya. Benar-benar kosong, padahal bentuknya sudah sangat bagus. Lalu untuk apa diletakkan batu-batu dan pajangan lainnya jika tidak ada ikan yang menghuni. Atau jangan-jangan sebenarnya Jeffian memiliki ikan yang tak kasat mata?

"minum air putih aja gak apa-apa ya?"

Suara Jeffian menyentak Nia yang masih sibuk memecahkan teka-teki dikepalanya terkait peliharaan cowok itu. Sementara si empunya lagi-lagi hanya memasang wajah biasa saja tampa rasa heran sedikitpun ketika mendapati tamunya sudah berpindah tempat.

"Jeff, ikannya kemana?"

"mati kemarin malem. Terus gue goreng." jawabnya. Cowok itu duduk pada salah satu kursi disana kemudian menyandarkan kepala sambil meregangkan kedua tangan dan kakinya yang terasa pegal.

"emang ikan apa? Kok digoreng?"

"ada ikan cupang, ikan maskoki, sama satu lagi ikan neon."

Jawaban cowok itu kontan mengundang pelototan dari yang bertanya. Ia kembali mendekat dan duduk seperti semula sambil terus menyoroti Jeffian.

"manusia purba lo makanin gituan? Kayak gak ada yang bisa dimakan lagi aja." gerutunya.

"anggep aja ikan teri."

"serius!"

Nampaknya tak ada minat bagi Jeffian untuk melanjutkan topik seputar ikan hiasnya yang baru mati kemarin malam. Cerita sebenarnya adalah ia salah menggunakan pembersih aquarium dan mengakibatkan seluruh isinya tewas mengambang. Ikan-ikan berukuran kecil yang berjumlah lumayan banyak hasil buruannya didepan salah satu SD tak jauh dekat rumah, sekaligus penghibur disaat dirinya jenuh—sudah tidak ada lagi sekarang.

Kembali lagi pada saat itu, tiba-tiba saja Jeffian berjongkok. Lalu meraih pergelangan kaki Nia untuk melihat cidera yang dialami akibat dari kecerobohan dirinya yang membawa lari gadis itu tanpa aba-aba. Sementara Nia yang tak menduga hampir saja berontak kalau tidak dengan segera dilempari tatapan jutek oleh Jeffian. Membuat nyalinya menciut dan lebih memilih menutup rapat mulut.

"ini belum bengkak apa emang gak bengkak ya?" gumam Jeffian sambil terus melihat sambil meraba dengan insting seadanya.

Sementara Nia yang sudah meringis kesakitan langsung mencibir sebal. "lo berharap kaki gue bengkak?"

✔ Aku di-113 // JUNG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang