Malam itu Nia sedang menonton serial drama Korea dilaptop, ketika ringtone lagu favoritnya menjerit memenuhi ruangan. Nama Jeffian yang tertera disana sukses mengambil alih fokus seluruh otak, sehingga diputuskannya untuk menghentikan sebentar tontonan itu. Sebelum mengangkat telepon, Nia melirik jam disudut layar benda persegi panjang dalam pangkuannya. Sudah pukul setengah dua malam. Oh tidak, semua gara-gara episode bersambung itu menciptakan sensasi penasaran bagi si penonton. Sehingga tak sadar untuk terus melanjutkan padahal waktu sudah berputar secepat itu.
Mengenai Jeffian yang menelponnya dini hari, Nia tak terlalu heran. Ia kadangkali mendapati panggilan tidak terjawab diwaktu yang sama ketika bangun pagi hari, biasanya kalau Jeffian sedang berdinas dan tak ada teman mengobrol sementara ia tidak boleh tertidur.
"halo?" sapanya pertama kali.
"Nun, masih bangun?"
"masih, kenapa? Tumben nelpon, kamu kan lagi libur hari ini?"
"kebiasaan begadang, jadi belum ngantuk." jawabnya, "kamu sendiri ngapain hari gini belum tidur?"
"nyelesain drama Korea dulu, lagi seru banget nih."
"astaga.." desah cowok itu tak habis pikir, "pantes suaranya masih seger banget."
Ditempatnya Nia terkekeh, lalu memindahkan laptop dari pangkuannya keatas kasur. Kemudian ia merebahkan diri sambil menarik selimut sampai batas dada, memandang langit-langit dengan senyum lebar.
"bukain pintu dong."
Suara Jeffian diseberang sambungan sukses mengenyahkan bulan sabit dibibir itu. Nia langsung mengerutkan kening seraya menjauhkan ponsel sesaat, memastikan bahwa yang menelponnya bukan oknum salah sambung.
"Jeffi?"
"apa?"
"ngomong apa tadi?"
"bukain pintu, diluar dingin."
"bercanda ya? Jangan bikin takut, Jeff."
"takut apa sih? Emang aku hantu? Liat dulu dong makanya depan pager."
Tak ingin penasaran, Nia lantas menyingkap selimutnya. Lalu bergegas melihat ke jendela untuk memastikan bahwa barusan tidak salah dengar dan obrolan ini tidak mengacau kemana-mana. Seketika kedua matanya melebar, saat didapatinya cowok itu tengah duduk diam diatas motor putih sambil memegang ponsel yang menempel ditelinga kanannya.
Langsung saja diakhirinya sambungan itu, kemudian secepat kilat keluar dari kamar. Ditolehkannya kepala ke seluruh penjuru tempat, memastikan bahwa orangtuanya sudah tertidur. Sehingga situasi pun aman terkendali. Dengan lincah Nia berlari menuruni tangga, lalu mengintip sekali lagi lewat jendela disamping pintu untuk memastikan bahwa sekarang dirinya tidak sedang berhalusinasi akibat terpapar drama percintaan Korea. Segera saja diputarnya kunci, lalu pintu itu terbuka perlahan-lahan.
Tak henti sampai disana, Nia masih harus mengendap-endap ketika melesat menuju pagar. Bahkan sampai sudah berdiri didepan oknum yang bersangkutan, ia tak henti-henti menyoroti dengan mata bulatnya.
"Jeffi? Gila apa gimana? Jam dua pagi, Jeffiii!" bisiknya secara tak sengaja.
Cowok itu nyengir lebar, "i miss you."
"gak, gak. Aku gak suka ya kamu sok manis kayak gitu." gadis itu menggeleng, berusaha menepis semua kata-kata manis yang baru saja dilontarkan untuknya itu.
"aku tidur disini ya?"
"apa?!" pekik Nia. "you are so unpredictable."
"i know it, baby. Bantuin dorong motor dong, gak mungkin aku nyalain mesin soalnya." pinta Jeffian sambil menunjuk belakang, sementara ia turun dari motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Aku di-113 // JUNG JAEHYUN
FanfictionIni bukan kisah laki-laki berjas gagah yang berusaha untuk menggaet salah satu gadis incarannya. Melainkan, kisah anak kedua kambing betina yang berusaha tetap hidup dengan pekerjaan seadanya. Disanalah ia bertemu dengan "anunya", perombak mimpi, pe...