Sejauh ini udah dapet poinnya belum dari deskripsi cerita?
113 itu apa yaaa hahaha
🐋🐋🐋
"Nun, gak mau ah capekkk."
Jadi ceritanya Nia sengaja datang ke rumah Jeffian. Terpaksa menelepon cowok itu dan meminta untuk dibukakan pagar. Tebakanya tidak salah begitu melihat penampakan Jeffian yang lebih mirip benang kusut. Hanya mengenakan kaos polos lengan pendek dan kolor bermotif bunga yang kalau dilihat-lihat malah jadi kayak anak kecil, posturnya saja yang menjulang. Suara serak saat ditelepon, juga wajah kurang nyawa itu secara jelas menunjukkan bahwa yang bersangkutan baru saja bangun tidur.
Setelah mempersilahkan tamunya masuk, Jeffian kembali ke kamar. Membuat Nia mengikutinya sampai kesana, karena ia tau cowok itu pasti berniat untuk melanjutkan tidur siangnya. Oh, tidak bisa. Ini waktunya membangun semangat. Sekuat tenaga Nia menarik tangan Jeffian agar segera beranjak dari kasur dengan sprei abu-abu polos itu. Namun usahanya gagal dan selalu berakhir dengan tubuhnya yang terhuyung hilang keseimbangan. Kalau boleh berpesan, lakukan saja penolakan tanpa ampun sampai Nia jatuh dipelukannya—hehehe. Astaga, pemikiran sinting siapa yang baru saja terlintas itu. By the way, manusia ini menjelma menjadi seekor cicak begitu menempel dengan kasur. Kaki dan tangannya mungkin juga memiliki perekat sekarang.
"capek ngapain sihhh?"
"abis revisiannn." jawab Jeffian tanpa membuka mata, malah menyembunyikan wajah diantara bantal.
"capek apanya, revisi kan duduk doanggg."
"otaknyaaa." balasnya lagi, baru setelah itu menutupi seluruh kepala menggunakan bantal. Gagal mengantuk karena Nia terus mengusiknya dengan cara apapun.
"bangunnn!"
"berisik. Mau tidur!"
"gak boleh nanti perutnya buncit kalo tidur siang, terus tumbuh payudara kayak cewek, jakunnya ilang, terus—"
Serta merta Jeffian menjauhkan bantal dari wajahnya, kemudian menatap Nia dengan sorot memicing yang benar-benar menyebalkan. "terus apa?"
"itu.." Nia melirik aset terbesar bagi laki-laki itu sekilas, "ilang juga."
Jeffian lantas bergidik ngeri. Dengan cepat terbangun dari posisi sebelumnya dan langsung menuju lemari pakaian untuk mencari celana training. Sementara ditempatnya, Nia tertawa tanpa suara. Terkadang bisa mengalahkan Jeffian adalah hal yang menyenangkan. Semudah itu ternyata. Entah karena memang takut atau Jeffian malas berdebat siang-siang dengan cewek itu.
Begitu ingin berdiri, Nia tak sengaja melihat kearah Jeffian dan cowok itu baru saja akan berganti celana. Serta merta diteriakinya nama itu, hingga sang empunya mengalihkan atensi dan secara refleks membulatkan mata. Sama-sama terkejut. Jeffian lupa kalau disana masih ada Nia. Untung belum sampai benar-benar membuka celana.
"kenapa betah banget sih? Cepet keluar."
Secepat kilat Nia berlari keluar, bahkan gerakannya itu persis seperti tuyul yang berkeliaran. Tanpa ingin menimpali atau melihat apapun lagi. Kenal dengan Jeffian berapa bulan saja, umurnya sudah berkurang sekian persen. Jantungnya dibuat loncat terus, bosss.
Setelah menunggu selama beberapa saat sambil menyibukkan diri, Jeffian kembali menyapanya. Sudah mengenakan training panjang tanpa mengganti atasan, plus sepatu running berwarna biru tua.
"ayo jalan." ucapnya kemudian bergegas menuju keluar rumah.
Otomatis Nia ikut beringsut dan memakai sepatu alakadarnya. "udah pamit sama ibu?" tanyanya sambil menarik ujung sepatu agar kakinya bisa masuk. Kemudian kembali menyamakan langkah dengan cowok didepannya yang memiliki panjang kaki seperti pohon kelapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Aku di-113 // JUNG JAEHYUN
FanfictionIni bukan kisah laki-laki berjas gagah yang berusaha untuk menggaet salah satu gadis incarannya. Melainkan, kisah anak kedua kambing betina yang berusaha tetap hidup dengan pekerjaan seadanya. Disanalah ia bertemu dengan "anunya", perombak mimpi, pe...