"pembukaan dua,"
Jeffian yang sedang duduk di meja dokter lantas menegakkan punggung dengan mata membulat, sementara di ruang pemeriksaan yang hanya dibatasi dengan tirai, Nia juga melotot kaget. Baru saja dokter melakukan periksa dalam dan mengatakan bahwa saat ini Nia sudah memasuki pembukaan dua tahap persalinan. Sambil mengenakan kembali celananya, cewek itu menggelengkan kepala. Tak menyangka kalau perbuatan Jeffian semalam benar-benar bisa mempercepat proses pengeluaran janin. Ini gila, tapi terjadi juga. Dalam hati Nia menggerutu, bertanya-tanya ada khasiat apa didalam sperma itu sampai bisa berdampak seperti ini.
"pembukaan dua?"
Terdengar Jeffian bertanya. Nada bicaranya kalem, tapi terbesit rasa tak percaya didalamnya. Begitu Nia menyingkap tirai, mata mereka langsung bertemu. Sementara sang ahli profesi dengan jas putih kebangsaannya itu tersenyum memandang sepasang suami istri yang kini sudah duduk dihadapannya. Lalu berdeham singkat sebelum mulai menjelaskan semuanya.
"bukannya perkiraan lahir minggu depan ya, dok?" ganti Nia bertanya.
Setelahnya dokter langsung mengecek buku pemeriksaan. Lalu menemukan catatan singkat yang berkaitan dengan pengkajian waktu awal datang ke rumah sakit. Ia mengangguk sambil bergumam.
"iya, kalo menurut HPHT sih memang minggu depan. Kemungkinan lima hari lagi,"
*Hari Pertama Haid Terakhir
"terus kalo maju gak apa-apa, dok?"
"ya enggak dong. Yang penting kan udah masuk bulannya, udah masuk minggu-minggu persalinan juga. Kalo kurang atau lebih beberapa hari itu gak masalah. Ketuban aman, posisi kepala juga udah masuk panggul. Kemungkinan bisa lahir normal." jelasnya, "ada lagi yang dirasain gak selain nyeri kayak kram?"
Nia langsung menautkan jemarinya kuat-kuat, kembali dilanda kecemasan. Setelah berpikir sejenak, digelengkannya kepala sebagai jawaban.
"enggak ada sih, cuma nyeri gitu aja."
"terakhir hubungan sama suaminya kapan?"
Baik Nia maupun Jeffian langsung membeku. Rasanya jantung seperti baru saja disenggol truk tronton, berdetak luar biasa. Mereka tak pernah menduga bahwa akan ada pertanyaan seperti itu. Memang sangat privasi, tapi untuk kepentingan medis jelas sangat diperlukan. Tanpa sepenglihatan pihak ketiga, Jeffian menggeser kakinya sampai menyentuh milik Nia. Mengisyaratkan untuk segera menjawab agar sang dokter tidak menatap mereka dengan sorot yang semakin aneh.
Dokter yang menjadi penanggung jawab pasien atas nama Anunia ini memang sudah menjadi langganan sejak pertama kali cek kehamilan. Jadi, semua seluk beluk dan perkembangan si pasien pun ia tau sampai ke ujung-ujung. Dan teruntuk pasangan muda yang menggemaskan ini, reaksi mereka selalu sukses membuat dokter mengulum senyum geli.
"semalem, dok." balas Nia super pelan. Menahan malu setengah mati. Apalagi ketika senyum dokter semakin lebar setelah mendengarnya. Seolah sudah menduga bahwa itu kalimat yang akan keluar sebagai jawaban.
"hmmm, semalem." ulang dokter. "posisinya aman kan?"
Bagus, pertanyaan kedua berhasil membuat Jeffian ingin membungkus kepalanya dengan kantung plastik saja. Ia menoleh pada Nia, menyerahkan semuanya pada sang istri.
"aman sih," jawab Nia lagi, "saya jarang berhubungan sama suami saya selama hamil, dokter. Cuma dua kali, dan baru ngerasain sakit juga setelah yang terakhir. Semalem."
Semakin dibeberkan, semakin panas pula wajah satu-satunya cowok yang ada disana. Jeffian berusaha untuk terlihat tenang, padahal malu sampai ke ubun-ubun. Meskipun merasakan hal yang sama, namun Nia akhirnya berani terbuka kepada dokter karena sudah terlanjur ditanya. Masa bodo mau wajahnya semerah apapun, yang penting cepat selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Aku di-113 // JUNG JAEHYUN
FanfictionIni bukan kisah laki-laki berjas gagah yang berusaha untuk menggaet salah satu gadis incarannya. Melainkan, kisah anak kedua kambing betina yang berusaha tetap hidup dengan pekerjaan seadanya. Disanalah ia bertemu dengan "anunya", perombak mimpi, pe...