5• MIE PEDAS

2.8K 540 63
                                    

Siapa sangka bahwa dua orang yang awalnya saling melempar pelototan sinis itu bisa berteman sekarang. Melawan dinginnya udara malam dengan obrolan-obrolan singkat demi membelah ruas jalan perkotaan yang mulai sepi karena hari semakin larut. Menggunakan motor matic kesayangannya, Nia bersedia duduk dibelakang sementara Jeffian yang mengendarai.

"lo kenapa bisa jadi bencong sih?"

"lo kenapa pengen tau banget sih?"

Jeffian menoleh sekilas, membalas pertanyaan Nia dengan sedikit berteriak karena udara mengurai setiap suara yang keluar dari mulut masing-masing.

"cowok seganteng elo, mau gebet cewek kayak gimana juga bisa. Gue penasaran aja gimana ceritanya sampe lo berhenti buat naksir sama perempuan." lanjut Nia masih kokoh dengan pertanyaannya yang secara tidak langsung memaksa narasumber agar mau terbuka terhadapnya.

"ini lo mau muter sampe bensin abis apa gimana sih?" Jeffian mengalihkan pembicaraan.

Sementara dibelakangnya Nia langsung mendengus sebal. Dilihatnya sejenak jam pada pergelangan tangan, sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih. Lewat satu setengah jam dari batasnya pulang bekerja.

"tolong berhenti di minimarket dulu, Jen. Gue mau jajan." pintanya bak anak kecil polos yang hanya mengerti soal makanan.

Menuruti permintaan Nia, Jeffian menepikan kendaraan itu dihalaman parkir minimarket. Bergabung dengan dua sepeda motor lainnya yang memang sudah ada disana sejak tadi, bisa dipastikan itu adalah milik pekerja disini.

Gadis itu melompat turun dan langsung berjalan menuju pintu minimarket. Meninggalkan Jeffian yang bahkan belum selesai melepas helm boho merah muda paling feminim dari kepalanya yang syukur-syukur bisa muat. Membuatnya menghela nafas pasrah dan hanya bisa geleng-geleng kepala tak habis pikir.

Jeffian menyusul tak lama kemudian. Ikut melihat-lihat berbagai jenis mie setelah memastikan bahwa cewek yang tadi bersamanya sedang sibuk sendiri. Sebungkus mie instan rebus rasa kari ayam yang baru saja dipegangnya mendadak lenyap dalam hitungan satu detik. Dipindahkan oleh Nia—yang entah sejak kapan bisa berada disebelahnya, kembali ke rak barang seperti semula. Sontak ditatapnya cewek itu dengan alis menyatu heran.

"lo harus nyobain yang paling pedes itu." tunjuk Nia kearah jajaran mie cup dengan varian rasa pedas.

Jeffian langsung melengos. "gak pengen yang itu."

"gak pengen apa gak suka pedes?" sambung Nia yang kini sudah memandang cowok disebelahnya dengan tatapan meledek paling akurat.

Tanpa banyak bicara Jeffian langsung mengambil mie pedas yang tadi diusulkan oleh Nia. Ia balas menatap gadis itu rada jutek, kemudian beralih pada sekat sebelah untuk memilih bahan asupan yang lain. Sementara ditempatnya Nia langsung mengulum senyum geli. Merasa menang kali ini.

Entah kenapa mengganggu Jeffian menjadi hal yang menarik padahal baru dilakukannya sejak satu jam yang lalu.

"Jen, sini deh." ajaknya.

Jeffian mengikuti dengan polos, tak berpikir sama sekali bahwa ia akan berhenti didepan rak pembalut dengan berbagai merek dan ukuran yang unik. Ada yang bersayap dan ada yang tidak. Selebihnya, ia tidak paham lagi. Dilihatnya Nia mengambil dua pack pembalut dengan merek berbeda. Bungkus yang satu berwarna biru gelap, sementara satu lagi merah muda terang.

"menurut lo enakan yang mana?" tanya Nia sambil menyodorkan dua benda itu kehadapan Jeffian.

"lo biasa beli yang mana? Kenapa tanya gue?"

"yang ini enak sih, tapi masih suka bocor. Kalo yang ini menang panjangnya, cuma agak susah dibersihin."

"astaga," desis cowok itu, "lo bisa gak sih gak usah ngomongin kayak gituan didepan cowok?"

✔ Aku di-113 // JUNG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang