Spin off -26

1.8K 370 12
                                    

Saat itu Jeffian terlihat sekali menahan kesal, bahkan ketika belum ada pembicaraan diantara mereka. Rahangnya mengatup rapat, selaras dengan tatapannya yang semakin tajam. Namun ia berusaha untuk mengimbangi keadaan dan langsung menghela nafas jengah sambil membuang pandangan.

"ngapain lagi sih lo kesini?"

Sadam tersenyum, "ini pacar lo ya, Jeff?"

Kontan fokus Jeffian tertuju pada Nia, satu-satunya wanita yang terlibat disini. Gadis itu tak bersuara, wajahnya jelas sekali ketakutan. Karena banyak yang menjadi faktor untuk menunjang dirinya mendapat masalah setelah ini.

"pinter juga lo nyari cewek." gumam Sadam sambil melirik Nia dari atas sampai bawah.

Brengsek, rutuk Nia dalam hatinya. Mereka bukan pertama kali ini bertemu langsung. Harusnya Sadam tidak berkata demikian disertai tatapan matanya yang menyebalkan. Semakin menambah rumit situasi saja.

Kekehan singkat terdengar setelahnya. Tepat ketika Sadam melihat ekspresi Jeffian semakin kaku hanya karena dipancing sedikit. Tak lama ia menghela nafas panjang, kembali melihat kearah rumah dengan penasaran.

"masih gak mau bukain pintu buat gue? Panas tau nunggu disini."

"lagian siapa yang ngizinin lo ada disini?" sambar Jeffian sinis.

Sadam terdiam sesaat, lalu menunjuk Nia dengan dagunya sekilas. "gue gak pengen ngehajar lo didepan perempuan, jadi jangan cari masalah."

Setuju, kali ini Nia benar-benar mendengar berapa banyak kalimat sinis yang keluar dari mulut dua orang itu. Sadam tidak ingin ribut, tapi dari caranya berbicara saja sudah memancing emosi orang lain hingga meletup-letup. Dan sebagai satu-satunya makhluk yang paling lemah, Nia hanya bisa mengepalkan tangannya kuat-kuat. Demi keselamatan bersama.

"ngerasa oke banget lo ya sekarang bisa ngancem-ngancem gue?"

"kalem, bro." kekeh Sadam, "dia sendiri yang mau ada disini."

"urusan lo sama gue, bukan sama Nia!"

"Jeffian." kali ini orang yang dimaksud dalam adu mulut antara kakak beradik itu membuka suara. Ditegaskannya nama Jeffian, sehingga laki-laki itu kembali melihat kearahnya. Tak ada yang bisa Nia lakukan selain menggelengkan kepala, mengisyaratkan kepadanya untuk tetap tenang.

"liat? Lo punya pawang sekarang." ucap Sadam lagi.

Sukses membuat Jeffian semakin naik pitam dan hampir saja melangkah maju agar bisa meninju wajah laki-laki yang lebih tua tiga tahun darinya itu. Namun dengan cepat ditahan oleh Nia dengan cara menarik ujung kaosnya. Sambil menahan emosi, Jeffian langsung menyambar pergelangan tangan gadis itu dan menyeretnya pergi. Meninggalkan Sadam yang masih berdiri ditempatnya dalam diam. Tidak peduli juga apabila nanti laki-laki itu melompati pagar dan masuk kesana untuk bertemu ibu. Yang pada kenyataannya memang benar seperti itu.

Lamunan panjang yang berputar pada kejadian hari ini terpaksa buyar karena jerit ringtone panggilan masuk membelah suasana kamar yang hening. Nia melirik benda tipis dengan case merah muda miliknya itu dengan malas, namun tetap diraihnya untuk segera menyambungkan saluran dan langsung terhubung pada nomor sahabatnya—Rina. Belum sempat mengucapkan salam pembuka, suara diseberang sana sudah menyela sesuai dugaan.

"aduh, kenapa nelpon sih?"

"kalo chat kelamaan." jawab Rina, "tadi siang kenapa sih? Oh iya, gue sengaja baru ngubungin sekarang nih. Soalnya kan lo bareng Jeffian terus, takutnya ketauan kalo ngobrolin macem-macem."

Memang benar Nia bersama Jeffian seharian ini. Pintar juga sahabatnya itu dalam membaca situasi. Sambil bergumam, ditariknya selimut sampai setengah perut karena memang posisinya sudah menjelang tidur.

✔ Aku di-113 // JUNG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang