"Kamu membuatku memulai sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Mungkin akan selesai untukmu, tapi tidak untukku."
***
"APA yang Mbak Nadia lakukan tadi? Calon Isteri? Mbak, hubungan kita cuma pura-pura." Dodit berkata tidak percaya. "Apa perlu Mbak berbuat sejauh ini? Perlu melibatkan keluarga saya juga? Apa nggak cukup, saya mempermalukan diri saya di depan keluarga Mbak Nadia?"
Bahkan di saat ini, ketika hati Dodit dipenuhi amarah. Dia merendahkan suara. Seakan tidak membiarkan kata-kata yang terlontar dari bibirnya menjadi sebuah belati yang menyakiti hati perempuan.
Nadia terdiam. Segera menundukkan kepala, dia berharap Dodit meneriakinya karena Nadia pantas untuk mendapatnya. Itu lebih baik dibandingkan melihat ekspresi kekecewaan yang Dodit perlihatkan kepadanya sekarang. Setelah Nadia memperkenalkan diri sebagai calon isteri Dodit di depan Ipeh, lelaki itu hanya terdiam. Tidak membantah perkataan Nadia ataupun menyangkal, Dodit pasti melakukan itu demi menjaga harga diri Nadia, agar perempuan itu tidak dipermalukan di depan umum. Walaupun Dodit harus berkorban dan seperti sedang menampar wajahnya sendiri, Dodit hanya memberikan tatapan datar, berkata ingin bicara lalu mengajak Nadia keluar. Mereka meninggalkan Ipeh yang masih mencecar dengan berbagai pertanyaan.
Di taman rumah sakit yang mulai dihujani gerimis, Nadia berdiri berhadapan dengan Dodit. Berusaha berpikir keras kenapa dia! Nadia Humaira, melakukan tindakan sejauh ini. Kenapa dia? Seperti ingin berdiri di samping Dodit yang berdiri di tebing tinggi? Apa rasa simpati dan empati yang Nadia miliki membuatnya tidak bisa berpikir jernih dan melakukan tindakan bodoh?
"Mungkin bagi Mbak Nadia ini menyenangkan. Tapi enggak buat saya. Setiap hari saya merasa bersalah karena sudah membohongi kedua orang tua kamu. Setiap hari saya menyesali apa yang telah saya lakukan," ungkap Dodit seraya menghela napas dengan berat.
Nadia Humaira diam.
"Dan apa Mbak Nadia nggak lihat reaksi ibu tadi?" Dodit bertanya dengan suara terluka. "Dia seakan nggak percaya kalau kamu calon isteri saya. Tentu saja! Mana ada perempuan yang mau menikah dengan saya. Mbak Nadia, tolong jangan membuat saya terlihat seperti lelaki bodoh." Dia menambahkan dengan memohon.
Rintik hujan turun semakin deras, membasahi kerudung panjang merah Nadia. Namun Nadia serta Dodit tampak enggan beranjak dari tempat mereka berdiri. Berharap rinai hujan yang menimbulkan gemericik ketika menghantam atap menjadi pengalih suara. Sehingga tidak ada yang tahu apa yang Nadia dan Dodit bicarakan.
"Ketika ini berakhir. Ketika Mbak Nadia pergi ke Kairo maka selesai juga buat kamu. Tapi enggak buat saya." Dodit menggeleng sedih. "Kamu sudah membuat saya memulai sesuatu yang sebenarnya nggak ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terbaik Nadia [End]
Духовные"Kamu membuatku hanya memiliki satu pilihan. Melepaskan kamu, itu yang bisa aku lakukan." - Nadia Humaira Nadia Humaira adalah perempuan yang terobsesi dengan penyempurnaan diri. Dia tidak mempercayai cinta walaupun umurnya sudah siap untuk menikah...