[30] Dongeng Angkasa

3.1K 452 19
                                    

“Jadikan aku angkasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jadikan aku angkasa. Ku jadikan kamu bumi yang selalu ku lindungi.”

***

JADI karena mencintai Nadia, kamu memilih meninggalkannya?” Dodit memegang kedua pundak Raja. “Tolong katakan yang sebenarnya! Apa itu alasan yang membuat kamu membatalkan pernikahan?” Dia mendesak.

Raja merunduk, enggan menunjukkan wajah namun air mata sudah tertangkap basah. Dia menggelengkan kepala, tetap menyangkal perkataan Dodit.

“Kenapa kamu melakukan ini? Kenapa kamu nggak bilang sama Nadia kalau kamu sakit? Kenapa menyakiti Nadia dengan kebohongan? Apa kamu tau, perkataan kamu membuat Nadia berpikir dia nggak layak untuk dicintai. Karena surat yang kamu tinggalkan, dia berpikir salahnya lah kamu memilih pergi. Karena kamu menghilang. Nadia berpikir dia kotor dan nggak pantas untuk dinikahi!” hardik Dodit dengan suara keras.

Suara Dodit terdengar hingga keluar kamar. Anita menatap cemas kepada mereka berdua. Dia berdiri di ambang pintu, menautkan kedua tangan sedangkan kedua mata sembab. Terlihat ingin menangis.
 
“Kenapa diam? JAWAB RAJA PANGESTU!” Dodit mengguncang bahu Raja. “Berikan aku alasan kenapa kamu memilih meninggalkan Nadia.”

Tangan Dodit sekarang mencengkeram kerah baju Raja, dia memaksa Raja menatap wajahnya. Agar lelaki itu membalas tatapan matanya. Dodit butuh kepastian, butuh jawaban.

“JAWAB DENGAN JUJUR. Apa benar kamu nggak mencintai Nadia? Apa benar kamu memilih meninggalkan Nadia karena dia kotor dan nggak pantas dicintai?” desak Dodit.

Senyum sinis tersungging di bibir Raja. Akhirnya dia membalas tatapan Dodit.

“Iya, aku berpendapat seperti itu. Kenapa? Apa aku nggak berhak untuk memilih siapa yang aku nikahi? Aku nggak mencintai Nadia. Apa yang kamu harapkan?” Raja menepis cengkeraman tangan Dodit dari kerah baju. “Aku sudah bilang sama kamu kalau aku bukan Raja yang kamu kenal. Aku nggak sebaik yang kamu pikirkan.”

Dodit mendengkus. “Benarkah? Kenapa saya meragu? Bibir bisa saja bertentangan dengan hati. Kamu nggak mencintai Nadia? Lalu untuk apa itu?” Dia menunjuk kembali pada foto yang bertengger di atas meja. Foto kebersamaan Raja bersama Nadia, Husein dan Rahma. “Membenci? Lucu sekali! Foto itu memperlihatkan bagaimana kamu merindukan mereka.”

Raja berbalik, dia berjalan menuju meja di samping tempat tidur, mengambil pigura foto tersebut lalu membuangnya ke bak sampah. Dia menoleh kembali pada Dodit.

“Puas?”

“Sebuah tindakan yang sia-sia. Untuk apa kamu membuangnya sekarang? Itu nggak bisa menampik kenyataan bahwa mereka adalah orang berharga buat kamu! Raja Pangestu kamu sudah tertangkap basah.”

Jodoh Terbaik Nadia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang