[03] Akulah Orang Itu?

8.5K 849 28
                                    

“Terima kasih sudah hadir di waktu yang tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih sudah hadir di waktu yang tepat.”


***

MENDUNG menguasai pagi, mengusir sinar mentari yang hangat dan digantikan hujan gerimis. Cuaca yang dingin serta lembab tidak menyurutkan keinginan Nadia untuk sampai di kantor tepat waktu, kalau bisa lebih awal dibandingkan para karyawan. Mobil hitam Innova, melaju mulus membelah jalanan, memasuki perkomplekan yang didominasi perkantoran lalu berhenti di sebuah ruko berlantai dua. Papan nama di depan pagar menyambut kedatangan Nadia, ‘HNR Advertising’, sebuah perusahaan kecil yang bergerak dalam bidang periklanan dan layanan desain. Perusahaan yang sudah berjalan selama 3 tahun yang didirikan oleh Nadia dan kedua sahabatnya, Husein dan Rahma. Sedang singkatan HNR sendiri, berasal gabungan dari inisial nama mereka bertiga.

Seorang satpam memberikan senyuman lebar ketika melihat Nadia keluar dari mobil dan berjalan menuju halaman kantor.

“Assalamualaikum Mbak Nadia. Kok mukanya kusut banget hari ini?” tanya satpam yang biasa dipanggil Opi.

Nadia mendengkus. Opi cari masalah di pagi hari, satpam itu tidak tahu kalau Nadia lagi kesal karena habis dicecar kedua orang tuanya, mendesaknya untuk menemui lima lelaki yang ada dalam buku proposal pernikahan. Maimunah; ibunya bahkan sampai mengancam tidak akan keluar rumah kalau Nadia tidak menuruti keinginannya. Sungguh, ancaman palsu. Nadia tahu Maimunah memang jarang keluar rumah, dia lebih suka menghabiskan waktu dengan menonton sinetron dibandingkan kumpul-kumpul sama tetangga.

“Walaikumsalam.” Nadia menjawab singkat. Menelan semua gerutuan yang dia ingin lontarkan pada Opi, Nadia memilih memasuki kantor. “Pak Husein sama Mbak Rahma sudah datang, Kang?”

“Emang mereka masuk kerja hari ini? Kan baru dua hari libur.” Opi bertanya balik.

“Masuklah! Kerjaan segini banyak, masa mereka enak-enak honeymoon, makan gaji buta itu namanya. Oh ya, daftar nama pelamar OB ada nggak? Sudah ada yang ngelamar nggak?” tagih Nadia. 

Melihat kedatangan Nadia beberapa karyawan yang juga datang lebih awal segera memberikan salam. Nadia menanggapi singkat lalu menuju kantornya, sedang Opi mengekori dari belakang.

“Ada satu, Mbak. Kalau nunggu seminggu, mungkin banyak yang ngelamar.” Opi menyerahkan berkas lamaran ke atas meja Nadia.

“Ya udah orang itu aja. Nunggu seminggu bakalan berdebu neh kantor. Suruh dia datang sekarang. Biar saya interview,” suruh Nadia dan Opi mengambil kembali berkasnya. Tapi Opi memberikan ekspresi sangsi kemudian.

“Nggak mau dibaca dulu biodatanya? Latar belakang pendidikannya, Mbak?”

“Yang penting pekerja keras. Latar belakang mah belakangan, udah ah! Jangan bikin saya bete. Telpon sana dan suruh datang secepatnya.” Nadia mengusir Opi yang menuruti.

Jodoh Terbaik Nadia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang