[20] Arti Tangis Perempuan

3.1K 467 14
                                    

“Aku takut, kamu hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku takut, kamu hilang.
Kamu sakit.
Kamu pergi.
Ku ingin kau di sini, di sampingku, selamanya.”

***

DODIT menyemprotkan cairan pembersih ke kaca jendela gedung lalu menyapunya dengan wiper, di sampingnya Yudi; salah satu teman kerja serabutannya terus melemparkan senyum penuh arti.

“Kenapa Mas? Lihatin saya terus.” Dodit merasa risih.

Lelaki yang lebih tua lima tahun dibanding kan Dodit itu terus mengucapkan kata; ‘cie-cie-cie’ tanpa henti. Sesekali dia melirik ke bawah lalu kepada Dodit yang berdiri di sampingnya.

“Apaan sih? Ada yang salah sama muka saya?” Dodit bertanya lagi.

Yudi menyenggol lengan Dodit dengan siku. “Cie, yang ditungguin pacarnya sambil kerja. Jadi tambah semangat tuh.”

“Bukan pacar,” ralat Dodit. Dia menyemprot cairan pembersih lagi ke kaca jendela. “Berapa kali sih saya harus bilang.”

“Oh maaf atas kesalahan gue! Seharusnya calon bini, ya kan?” goda Yudi lagi. Nyengir lebar.

Dodit menghela napas. “Udah Mas! Jangan becanda terus. Kita harus menyelesaikan satu sisi gedung ini sebelum sore. Dan benarin tuh tali pengaman, santai banget! Kita lagi di ketinggian loh Mas, jaga keselamatan.” Dia menambahkan dengan menegur, menunjuk tali pengaman yang terlihat longgar di pinggang Yudi.

Dodit sekarang berada di lantai sepuluh. Menjadi pekerja gondola (gondola rider) atau pembersih kaca jendela gedung bertingkat mempunyai tantangan tersendiri. Pekerjaan ini mengharuskan bekerja di luar gedung dengan menaiki gondola setiap hari. Pekerjaan di mulai dari lantai paling atas hingga lantai paling bawah. Dan paling utama pekerjaan ini tidak diperuntukkan untuk orang yang takut dengan ketinggian karena terlalu memacu adrenalin. Di samping itu debu, panas, terpaan angin dan ruang gerak pekerja yang terbatas—karena ukuran gondola yang terlalu sempit—menjadikan pekerjaan ini memiliki keamanan terburuk dan selalu dihindari.

Namun Dodit tidak mengeluh, dia sudah bekerja sebagai gondola rider beberapa kali. Dia sudah terbiasa dengan ketinggian. Di samping itu dia selalu mengenakan helm dan tali pengaman jadi dia tidak terlalu khawatir ketika menaiki gondola yang membawanya ke tingkat teratas gedung. Namun masalahnya Dodit tidak bisa berkonsentrasi dengan benar hari ini. Tidak! Ketika dari atas dia menangkap keberadaan Nadia yang duduk di trotoar, terus mendongakkan kepala memperhatikan Dodit bekerja.

“Lehernya bakal pegal kalau gitu terus,” kata Dodit khawatir.

Dia tidak bisa menyuruh Nadia pulang. Nadia tidak mau pulang sama sekali, perempuan itu bersikukuh menunggu Dodit sampai dia selesai bekerja. Nadia terus memegang kantong plastik yang berisikan makanan yang dia beli saat di kantor. 

Jodoh Terbaik Nadia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang