"Kamu membuatku hanya memiliki satu pilihan. Melepaskan kamu, itu yang bisa aku lakukan." - Nadia Humaira
Nadia Humaira adalah perempuan yang terobsesi dengan penyempurnaan diri. Dia tidak mempercayai cinta walaupun umurnya sudah siap untuk menikah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Boleh sekarang aku memanggilmu dengan sebutan Ibu? Dengan tulus, dari hatiku terdalam.”
***
TUBUH Rafi’i diangkat dengan mudah dari kursi roda oleh Dodit, menggendongnya dengan hati-hati dan membaringkannya di tempat tidur. Husein mengambil selimut dari atas meja dan segera menutupi tubuh Rafi’i.
“Nyaman nggak Pak?”
Husein bertanya dan sekarang meletakkan banyak bantal di samping kiri dan kanan Rafi’i. Mengapit tubuhnya agar tidak terjatuh dari tempat tidur.
Rafi’i menganggukkan kepala. Seperti memberi jawaban bahwa dia merasa nyaman dengan posisi tidurnya. Husein terlihat puas, matanya sekarang mengarah pada televisi.
“Apa perlu saya nyalakan TV? Jam segini, sinetronnya lagi seru banget.” Dia mengambil remote control dan memilih salah satu channel, dimana sinetron lawas sedang tayang; Si Doel Anak Sekolahan.
“Tuh, seru banget kan? Ini adegan waktu Mandra ditahan sama polisi gara-gara membawa Munaroh kabur, mereka pengin kawin lari.” Husein tergelak tawa. Dan Rafi’i menyahuti dengan gumaman semangat.
Dodit tersenyum kecil. “Makasih Mas Husein, sudah bantuin saya bawa pulang Bapak dari rumah sakit.”
“Sama-sama! Sudah kewajiban hamba Allah untuk saling menolong,” sahut Husein. Matanya tidak beralih dari layar televisi.
“DODIT.”
“HUSEIN.”
Ada dua suara memanggil nama mereka secara bersamaan, Achmad memanggil Husein dan Ipeh memanggil Dodit. Mereka berdua bertukarpandangan sejenak. Husien berdiri tegap dan meletakkan remote di atas meja.
“Kayaknya Babeh sama Ibu lo manggil kita deh, mending kita samperin sebelum mereka marah.” Husein menoleh kepada Rafi’i. “Saya keluar bentar ya Pak.” Lalu melangkahkan kaki dengan cepat menuju asal suara.
“Bapak nggak papa kan, Dodit tinggal sebentar? Ibu panggil Dodit.”
Rafi’i mengangguk kepala, tidak keberatan dan kemudian kembali memfokuskan matanya kembali ke layar televisi. Tertawa dalam gumaman ketika melihat kehebohan keluarga Sabeni didatangin polisi yang ingin menangkap Mandra.