INI ADALAH CERITA KETIGA YANG AKU PUBLISH DI WATTPAD. SEMOGA SUKA, SEMOGA RAME, SEMOGA YANG KU INGINKAN TERSEMOGAKAN HEHE.
KOMEN NGGA MAU TAU!-0-0-
"Di, Diana!" Amira mencoba menyadarkan Diana dari lamunannya dengan mengguncang tubuh gadis itu. Saat ini, mereka sedang berada di ruang baca outdoor, tempat biasa anak fakultas sastra berkumpul. Tidak mewah memang, duduk hanya beralaskan rumput hijau dan tempat perteduhan hanya pohon besar yang rindang. Namun, tempat ini sangat cocok untuk melarikan diri dari keramaian.
"Hah? Lo manggil gue?" Seperti biasa, Diana tersadar dengan wajah cengoh.
"Manggil setan! Ya, iyalah manggil lo," Amira menggeram greget. "Lo kenapa, sih? Dari tadi gue perhatiin lo melamun terus, bibir di maju-majuin. Pengen banget di lihat jamet kampus."
Diana menghela nafas panjang, lalu membuka tutup botol air mineral dan meneguk isinya. "nggak apa-apa," jawabnya seadanya.
Tiba-tiba Amira menjentikkan jari tepat di depan wajah Diana. "gue tau! Pasti lo mikirin Affan yang udah punya pacar baru, kan?"
Gadis penyuka susu strowberi itu memutar bola matanya, lalu menatap Amira. "ngapain gue mikirin si kain kafan, coba? Mau dia punya pacar lagi kek, mau dia nikah kek, gue nggak perduli," katanya dengan mantap.
Amira menyipitkan kedua matanya. "Yakin?" Mungkin, menggoda Diana adalah jalan ninja Amira.
"Udah deh, lo nggak usah ngadi-ngadi. Gue mau pulang, capek." Diana menyambar tas ranselnya dan menyampirkannya di pundak sebelah kiri. Tapi belum juga ia berdiri, Amira menarik tangannya dan membuatnya kembali terduduk. "Apa lagi sih, Ra?"
Amira memberi kode dengan lirikkan matanya pada Diana untuk melihat ke arah lapangan basket yang kebetulan tidak jauh dari ruang baca outdoor. Terpampang jelas kemesraan dua insan yang sedang di mabuk cinta tengah bercengkrama di pinggir lapangan. Walaupun tak begitu terlihat jelas, tapi Diana masih bisa melihat seorang cewek sedang membantu membasuh keringat Affan yang bercucuran di dahinya dengan tissu. "Emang dia nggak punya tangan, ya? Cihh, dark banget hidupnya," celutuknya tanpa sadar.
Amira menatap horor temannya itu. "kok lo yang sewot, sih?"
Diana menoleh dengan malas, "bodo!"
Gadis itu meninggalkan Amira yang tengah menatap bingung kepergiannya. Bibir yang awalnya diam, kini mulai mengeluarkan seringai menggoda untuk Diana. "Gue tau lo belum move on, kan? DIANA! TUNGGUIN GUEEEEE!!!"
●●●●●
Well, guek pake bedak dari umur kecil🙏
neng
DIANA ALFIRAJangan di lupa Vote dan komen🤡🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Lies [Completed]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum baca] "Karena jika itu kamu, meskipun sakit, aku rela." Gagal move on. Kalimat yang cocok menggambarkan Diana saat ini. Bayang-bayangan mantan yang selalu menghantui kepalanya, membuatnya begitu prustasi. Sudah 2 tahun ia menco...