22 Mei 2022
Jakarta Timur
--"Alhamdulillah, evakuasi berjalan dengan lancar," ucapku melalui jendela saat iring-iringan kendaraan kami di Jalur Sutera dikawal langsung Lettu Azka Murdani.
Bus yang berisi pejabat pemerintah ini betul-betul mendapatkan pengawalan yang ketat. Kami yang terdiri dari dua bus, dan enam truk lain merupakan gelombang pengungsi ke empat belas yang bertolak menuju Halim. Artinya, antrian selanjutnya hanya tersisa lima gelombang.
"Betul, harapan saya, bilamana semuanya lancar, kita bisa selesaikan seluruh evakuasi pada hari ini juga," jawab Azka yang sedang diboncengi oleh rekannya menggunakan sepeda motor dari bawah sana.
Kami pun tiba di ujung Jalur Sutera. Di sana, beberapa tentara dengan sepeda motor telah menunggu kami.
"Terima kasih atas pengawalan kalian. Saya harap, semoga Jalur Sutera dapat terus steril, dan rombongan berikutnya dapat sampai Halim dengan selamat," ucapku pada mereka yang telah mengawal kami.
"Jangan lupa untuk menjaga sholat lima waktu kalian ya!" sambungku.
Iring-iringan kendaraan kami pun langsung melesat dengan kecepatan maksimal setelah keluar dari Jalur Sutera. Di sisi kanan dan kiri, terdapat masing-masing enam unit sepeda motor yang akan mengawal kami menuju Halim.
Beruntung, perjalanan kami dilindungi oleh Allah SWT. Kurang lebih lima belas menit, akhirnya kami tiba di Bandara Halim Perdanakusuma dengan selamat dan gangguan apapun. Di gerbang, puluhan tentara telah menunggu kami.
"Terima kasih banyak, hati-hati di jalan!" Ucapku kepada belasan tentara yang mengawal kami selama di luar Jalur Sutera tadi.
•••••
"Selamat datang, Pak Presiden!" sambut Zaki.
Di sampingnya, berdiri pula seorang pria berpangkat Bintang 1 yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
"Terima kasih, Zaki. Senang bisa bertemu kamu lagi!" jawab Pak Perdana.
"Oh iya, ini Mayjen Arya Sacanata dari Tim Delta ya?" lanjutnya lagi.
"Betul, Pak, senang bisa melihat Bapak dalam kondisi sehat," jawab pria itu.
Ternyata dia adalah Komandan Tim Delta. Dia pula lah yang mengontak Markas Pusat pada tanggal 18 Mei silam.
"Mari, saya antarkan kalian berkeliling untuk melihat persiapan kita untuk migrasi ke Maluku Utara," ujar Pak Arya.
Beliau pun mengajak kami mengelilingi area dalam bandara sembari menunjukkan pesawat-pesawat yang nantinya akan dipakai untuk penerbangan. Zaki yang saat itu ada disana juga menjelaskan tentang ketersediaan avtur dan skema jadwal penerbangan.
"Satu pesawat dapat menampung 200 orang. Artinya, kita bisa membawa semua orang dalam tiga kloter penerbangan."
"Selama kamu bisa memastikan avturnya cukup untuk tiga kloter, tentu sah-sah saja," ucap Pak Perdana.
"Tapi Pak.." potongku.
Semua orang disana melihat ke arahku.
"Kita punya berapa pilot?"
Mendengar pertanyaanku barusan, Pak Perdana langsung menepuk jidatnya.
"Astaga, saya kok bisa lupa ya?" ucapnya.
"Mengapa tidak mengandalkan teman-teman dari AU?" tanya Zaki dengan polosnya.
"Ya jelas beda, Zak, cara pengoperasiannya!" sahut Pak Arya.
"Maksudnya?" Seketika kami semua tertawa setelah mendengar hal tersebut.
"Kamu ini bikin malu tentara saja!" ucap Pak Arya sambil menepuk pundak Zaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak: 31 Hari (Tamat)
Science FictionSaat pandemi mayat hidup melanda Indonesia, sekelompok orang di Pemerintah berusaha mengumpulkan informasi melalui jejak para penyintas yang pernah (atau masih) bertahan hidup. Sembari melakukan tindakan evakuasi, akhirnya mereka dipertemukan dengan...