7.1: Catatan Kepresidenan Fase E (Epilog)

121 24 0
                                    

FASE E
CATATAN KEPRESIDENAN: Epilog
•••••

12 Juni 2022
Ternate, Maluku Utara
--

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Semoga Keselamatan dan Rahmat Allah serta keberkahan-Nya Terlimpah kepada Kalian,

Shalom, Salam Sejahtera,

Om Swastyastu, Semoga dalam keadaan selamat atas karunia dari Hyang Widhi,

Namo Buddhaya, Terpujilah semua Buddha,

Salam Kebajikan, Wei De Dong Tian, Hanya Kebajikanlah Yang Bisa Menggerakkan Tian.

•••••

Buku ini ditulis oleh Perdana Haliman Kawung, Presiden Republik Indonesia, serta hanya boleh dibaca dan dipergunakan oleh pihak tertentu.

•••••

11 Juni 2022
Falajawa Dua, Ternate, Maluku Utara
--

Sebentar lagi hari berganti. Mataku masih sembab setelah membaca catatan-catatan itu. Entahlah, namun realita yang terjadi saat aku meninggalkan Halim betul-betul memukul perasaanku. Selain itu, aku pun tak menyangka bahwa Operasi Sapu Saksi dan Jalur Sutera yang aku setujui ternyata menyimpan kisah-kisah yang begitu pilu.

Di balik semua itu peristiwa ini, tersingkapnya beberapa petunjuk melalui catatan-catatan yang baru saja kubaca cukup pula memberikanku tamparan. Bisa dibilang, apa yang Sembah Ibu Bumi lakukan cukup beralasan. Memang, keputusan depopulasi yang mereka ambil tak bisa dibenarkan. Namun bilamana langkah itu tak mereka lakukan, mungkin saja riwayat eksistensi Bumi tak lama lagi akan berakhir.

Entahlah, sangat samar untuk membedakan hitam dan putih. Abu-abu, kita semua terlalu lemah untuk menentukan mana yang baik dan yang buruk. Saat ini, aku telah mengambil beberapa keputusan yang besok akan aku rapatkan guna proses percepatan publikasi laporan utuh akan kejadian luar biasa yang secara ekspres meluluhlantakkan seluruh dunia ini.

Meskipun ada rasa lega karena menyadari bahwa semua orang di Halim dapat bermigrasi ke Ternate tanpa memakan banyak korban, namun aku cukup dibebani oleh rasa bersalah karena tak mampu membawa beberapa orang rakyatku yang justru memiliki kontribusi besar dalam menguak petunjuk krusial akan asal mula, sebab, dan dalang di balik kegilaan ini.

Rasa hormat betul-betul aku berikan kepada salah satu prajuritku; Zaki Mularman. Dimana beliau telah mewakilkan suaraku untuk mencari dan membawa pulang mereka yang masih tertinggal di sana. Semoga saja dia berhasil menyelesaikan misi tersebut dan dapat menjangkau Ternate.

Tiga puluh satu hari total dimana kami semua pada akhirnya berhasil mencapai titik aman. Kini, orientasi utamaku selain rekonstruksi sistem kehidupan masyarakat dan kenegaraan yaitu pemulihan jiwa seluruh rakyat pasca kejadian yang cukup memukul ini.

Sepertinya, langkah-langkah seperti pidato penyemangat yang tadi pagi aku sampaikan dalam upacara bendera cukup efektif. Meskipun aku tahu semua orang diliputi duka yang mendalam akibat rasa syok maupun kehilangan—termasuk aku pula yang harus menerima fakta tentang wafatnya putriku dalam keadaan yang mengenaskan—, namun roda kehidupan masih berjalan, bukan?

Selama nafas kami masih tarik-buang, aku yang hingga sampai saat ini masih ditakdirkan untuk menahkodai Indonesia harus melakukan yang terbaik untuk seluruh elemen di dalam negara tercinta ini.

Percayalah, kami akan menang. Kami akan tancapkan kembali semua pancang yang telah dirusak. Kami akan tegakkan lagi eksistensi Nusantara.

•••

12 Juni 2022
Ternate, Maluku Utara
--

Kerumunan orang yang begitu banyak nampak memenuhi setiap sudut hingga tepi laut yang berada di depan Kesultanan Ternate. Hari ini aku mengadakan rapat raksasa dimana semua orang di Pulau Ternate diwajibkan untuk menghadiri agenda tersebut.

"Selamat pagi, semuanya," ujarku sembari membuka rapat raksasa pagi itu.

"Pertama-tama, dengan bangga saya deklarasikan bahwa kemarin, 11 Juni 2022, adalah hari dimana Indonesia menyatakan kemerdekaan atas invasi penyakit yang bisa dibilang menghancurkan hampir semua negara di setiap belahan bumi."

Semua orang nampak bertepuk tangan dan berteriak dengan riuh. Aku membiarkan mereka bereuforia selama beberapa saat sebelum akhirnya aku mengangkat tangan kanan dan membuat keadaan mulai kembali kondusif.

"31 hari kita berjuang. Hingga kemarin, tibanya rombongan terakhir dari Halim dapat kita nyatakan sebagai kemenangan."

"Ada beberapa informasi dan keputusan yang akan pemerintah ambil. Namun, tidak semuanya akan saya sampaikan pada agenda hari ini, melainkan hanya beberapa yang saya kira layak untuk diketahui semua orang."

"Satu, dengan berat hati saya sampaikan bahwasanya semua yang terjadi ternyata lebih dari sekedar pandemi yang natural, melainkan sabotase. Namun, kita telah menemukan beberapa petunjuk yang berkaitan dengan dalang dibalik semua ini beserta motif atas tindakan yang mereka lakukan."

"Kedua, turunan dari poin pertama. Biar bagaimanapun, kita harus merebut kembali Nusantara dari para teroris itu. Artinya, kita akan menginvestasikan lebih banyak sumber daya yang kita miliki terhadap militer."

"Ketiga, ini merupakan kabar baik."

Aku menghentikan ucapanku sejenak sembari meneguk gelas berisi air mineral yang terletak di atas mimbar tempatku berbicara.

"RRT, Korea Utara, dan Singapura pun telah menyatakan kemerdekaannya per kemarin melalui pesan telegram yang mereka kirimkan tadi sore. Mereka juga sedang menyiapkan prosedur transaksi jual-beli dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakatnya. Kabar baiknya, kita memiliki surplus yang cukup fantastis di bidang pangan, yang artinya dapat kita pakai sebagai modal untuk ikut serta dalam transaksi antar negara."

Semua orang kembali bertepuk tangan.

"Keempat, yang terakhir. Kabar baik lagi." Ujarku setelah suara riuh dari mereka mulai mereda.

"Beri hormat kepada setiap individu dalam departemen teknisi kita, karena mereka telah berhasil menciptakan sistem penyulingan dan pengaliran air. Artinya, setiap rumah telah siap untuk mendapatkan akses air tanpa perlu berjalan jauh."

Pernyataan yang terakhir ini menciptakan sorak sorai yang dua kali lebih antusias dari sebelumnya. Semua orang nampak begitu bahagia karena tak perlu lagi menyambangi pos-pos khusus guna mendapatkan seember air bersih.

Setelah menutup acara, orang-orang pun mulai membubarkan diri. Namun dengan cekatan aku langsung mengumpulkan beberapa pejabat pemerintahan sebelum mereka pergi, karena setelah ini masih ada rapat internal guna membahas poin-poin dari laporan akhir serta pembahasan dan pengambilan keputusan mengenai rencana selanjutnya.

Baiklah, aku rasa, ini adalah Catatan Kepresidenan terakhir yang aku buat. Beberapa hal yang aku publikasikan selanjutnya akan dimasukkan ke dalam bagian penutup, yaitu Laporan Akhir.


Perdana Haliman Kawung
Presiden Republik Indonesia

Jejak: 31 Hari (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang