Entahlah, mungkin alam telah lelah dengan tingkah manusia yang terlalu semena-mena.
Sebelum semua ini terjadi, manusia berada pada level tertinggi kejahatannya.
Perang antara Amerika dan Koalisi Iran-Suriah yang naik tingkat ke ancaman nuklir.
Sentimen ideologi yang semakin memanas di Semenanjung Korea.
Konflik gas antara Rusia dan Uni Eropa yang memicu Rusia membakar beberapa hektar hutan dengan tujuan mengasapi negara-negara Uni Eropa.
Masifnya pembalakan hutan di Indonesia guna keperluan industri dan pemukiman.
Maraknya praktik alih fungsi Cagar Alam menjadi Taman Wisata di dataran Afrika.
Pembantaian unta di dataran Australia.
Hingga tren hiburan terbaru "Pig Bungee Jumping" yang kerap dilakukan pada festival-festival di Tiongkok dan India.Kita merasa terlalu bebas dan berkuasa. Dengan otak yang kompleks dan status rantai makanan tertinggi, tingkah laku kita dapat menjadi lebih berbahaya dari hewan buas sekalipun. Muak, akhirnya semesta menunjukkan siapa dirinya.
Memakai manusia itu sendiri, semesta menciptakan predator baru guna membersihkan populasi manusia dari bumi ini.21 April 2022 atau sekitar tiga minggu sebelum fenomena ini terjadi, India mengumumkan terdeteksinya virus baru yang merupakan bentuk mutasi dari Flu Burung. Karakteristik virus ini unik dan cukup rumit untuk dipahami. Namun bisa dipastikan bahwa cara kerjanya yaitu dengan menyerang saluran pencernaan, dan membuat penderitanya mengalami mual, diare, dan muntah-muntah.
Virus menyebar dengan cepat. Isolasi penderita seakan-akan tidak berguna setelah CDC Singapura mempublikasikan sifat virus ini, yang mampu bertahan hidup dalam waktu lama di udara. Hal ini juga diamini oleh CDC Amerika Serikat dalam jurnal yang mereka terbitkan di hari berikutnya. Bahkan, jurnal tersebut juga menyatakan adanya potensi penyebaran dari jarak jauh melalui angin dan/ atau penerbangan.
Dalam waktu tujuh hari, begitu banyak negara-negara di dunia yang melaporkan terdeteksinya virus serupa, termasuk Indonesia. Sayang sekali, aku tidak bisa mempublikasikan negara-negara tersebut secara lengkap sehubungan dengan izin yang tidak dikeluarkan oleh Pak Presiden.
Memasuki hari ke-delapan belas, tingkat kematian melonjak drastis hingga ratusan ribu jiwa dari seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, kasus kematian pertama dilaporkan dari salah satu Rumah Sakit Swasta di Balikpapan. Tiga menit setelahnya, laporan yang sama terjadi di Depok, Serang, Banten, Samarinda, Kukar, Semarang, Jakarta, Medan, Palu, Bau-bau, Ambon, Flores, dan Biak. Angka tersebut terus bertambah hingga mencapai angka ratusan dalam waktu dua belas jam.
Pemerintah kalang kabut, tingkat kematian akibat penyakit ini pun luar biasa tinggi. Setiap hari, rumah sakit diwarnai dengan perkelahian akibat ketidaksabaran pengunjung saat mengantri.
Tanggal 11 Mei 2022, atau hari ke-dua puluh satu, keajaiban terjadi. Hari itu, tidak ada satupun rumah sakit di seluruh dunia yang melaporkan kasus baru. Entahlah, namun fenomena ini benar-benar di luar nalar dan tidak ada satu pun ilmuwan yang mampu menjelaskannya. Bermacam spekulasi yang memicu debat bertebaran di dunia maya. Kami terlena dengan rasa lega, sampai-sampai tak sadar kalau semua ini adalah awal dari sesuatu yang besar.
Hari ke-dua puluh dua, 12 Mei 2022, sekitar jam sepuluh pagi, RSUD Depok melaporkan kejadian aneh dimana beberapa jenazah di kamar mayat kembali bergerak dan berdiri lagi. Awalnya, hal ini disambut antusias oleh keluarga berduka yang mengira kalau anggota keluarganya yang meninggal ternyata hanya mati suri. Namun harapan tersebut berubah menjadi mimpi buruk.
Mayat-mayat itu terus menggeram. Dengan tatapan mata yang kosong dan dingin, mereka berubah menjadi sangat agresif saat melihat daging, baik yang hidup maupun yang mati. Sialnya, mayat-mayat lain—yang jumlahnya cukup banyak oleh karena wabah sebelumnya—pun ikut bangkit dalam jeda waktu yang singkat.
Keadaan rumah sakit yang sangat ramai akibat wabah sebelumnya kini berganti menjadi ricuh. Orang-orang saling serang. Beberapa berusaha lari menyelamatkan diri, beberapa yang lain mengambil kesempatan memotong antrian.
Lima belas menit selanjutnya, salah satu rumah sakit pemerintah berstandar nasional di bilangan Jakarta Selatan pun melaporkan hal yang sama. Kemudian disusul oleh banyak daerah lain di Indonesia maupun di luar negeri pada jam-jam berikutnya.
Dalam beberapa hari, peristiwa ini menimbulkan dampak yang luar biasa hebat di skala global. Tanpa mengenal status dan kekuatan, fenomena ini berhasil meluluhlantakkan pemerintahan Amerika Serikat, Rusia, Israel, Arab Saudi, dan Australia pada hari ke-tiga. Saham-saham anjlok, perusahaan multinasional kolaps, total anarki di mana-mana.
Dalam tiga puluh satu hari, sisa-sisa aparat dan perangkat negara yang berhasil menjadi penyintas berjuang keras dalam mempertahankan sistem kenegaraan.
Setelah melewati beratnya tahap evakuasi dan rumitnya fase investigasi, akhirnya kami menemukan titik terang dari apa yang menjadi sebab kekacauan di seluruh dunia kala itu.
Semua yang akan aku jabarkan di buku ini adalah beberapa dari jejak yang ditinggalkan oleh para penyintas—baik yang masih bertahan, atau sudah tiada—yang memiliki keterkaitan dengan proses dan hasil investigasi keseluruhan dari fase awal hingga konklusi.
Jejak tersebut dapat berupa catatan, rekaman suara, video, foto, hingga kesaksian langsung, yang aku tulis ulang tanpa perubahan makna, serta dengan sudut pandang dan gaya bahasa yang semirip mungkin dengan aslinya.
Aku harap kalian tidak berekspektasi yang tinggi dengan isi dari buku ini. Karena disini, aku tidak akan mengubah sejarah dengan mengaburkan tindakan-tindakan brutal kami demi menyelamatkan negara dan masyarakatnya dari ancaman apapun. Aku akan menulis semua peristiwa dengan apa adanya, tanpa mengurangi maupun melebihkan.
•••••
Hari ke-31
Lapangan Kesultanan, di suatu tempat yang aman,
11 Juni 2022, 09.18
--Dengan gagah, Perdana Haliman Kawung memimpin penghormatan lagu Indonesia Raya seiring Sang Saka Merah Putih digerek ke atas setelah sekian lama tidak dikibarkan.
"Selesai, akhirnya selesai sudah.
Kini, tak akan ada jiwa-jiwa yang hidup dalam kegelisahan.
Tak ada pula lagi raga yang akan mati sia-sia.
Kini, semua orang bergandengan tangan.
Hitam, putih, coklat.
Salib, tasbih, dupa.
Kita semua bersatu dalam rangkulan kemanusiaan.
Kita semua pula yang akan membangun kembali peradaban dunia, dan khususnya Indonesia.
Di pulau ini, tempat teraman di Nusantara.
Reunifikasi akan segera dimulai!"Tepuk tangan yang begitu riuh memenuhi lapangan di depan Kesultanan. Orang-orang saling memeluk. Beberapa nampak berurai air mata. Pidato tanpa teks sebagai penutup upacara pada pagi hari ini benar-benar menggugah rasa kemanusiaan kami.
•••••
Hari ke-31
Kantor Pemerintah, di suatu tempat yang aman
11 Juni 2022, 14.00
--"Kamu adalah orang yang tepat untuk mengerjakan ini," ucap pria berpeci itu.
"Dan ini perintah Presiden," lanjutnya.
Aku menghela nafas panjang. Biar bagaimanapun, aku tidak mungkin dapat menolak perintah ini.
"Baik, Pak. Akan saya kerjakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak: 31 Hari (Tamat)
Fiksi IlmiahSaat pandemi mayat hidup melanda Indonesia, sekelompok orang di Pemerintah berusaha mengumpulkan informasi melalui jejak para penyintas yang pernah (atau masih) bertahan hidup. Sembari melakukan tindakan evakuasi, akhirnya mereka dipertemukan dengan...