4.12: Catatan Kepresidenan Fase C

74 27 0
                                    

FASE C
CATATAN KEPRESIDENAN: Terpisah
•••••

22 Mei 2022
Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, DKI Jakarta
--

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Semoga Keselamatan dan Rahmat Allah serta keberkahan-Nya Terlimpah kepada Kalian,

Shalom, Salam Sejahtera,

Om Swastyastu, Semoga dalam keadaan selamat atas karunia dari Hyang Widhi,

Namo Buddhaya, Terpujilah semua Buddha,

Salam Kebajikan, Wei De Dong Tian, Hanya Kebajikanlah Yang Bisa Menggerakkan Tian.

•••••

Buku ini ditulis oleh Perdana Haliman Kawung, Presiden Republik Indonesia, serta hanya boleh dibaca dan dipergunakan oleh pihak tertentu.

•••••

Malam ini, langit Jakarta begitu cerah. Tak seperti malam-malam sebelum peristiwa ini terjadi, bintang-bintang nampak cantik menghiasi angkasa ibukota yang tak lagi dipenuhi polusi cahaya.

Alunan musik rock sayup-sayup terdengar dari tempatku menuliskan catatan ini. Musik itu merupakan salah satu strategi yang dicanangkan oleh Tim Delta.

Ya, mereka memasang beberapa buah pengeras suara di arah selatan, tepatnya pada kawasan Pinang Ranti. Pengeras suara itu merupakan metode yang kami pakai untuk mengalihkan mayat-mayat menjauh dari tempat kami.

Perihal Operasi Jalur Sutera, aku dan beberapa ribu orang yang telah berhasil mencapai Halim begitu lega sekaligus sedih setelah mendengar adanya sabotase oleh kelompok bersenjata yang berusaha mencari kesempatan untuk melakukan pemberontakan.

Entahlah siapa, dari mana, dan apa motif mereka, namun yang kami simpulkan, mereka dapat dibilang lebih kejam dan berbahaya dari mayat-mayat ini.

Lagi-lagi kami gagal. Namun setidaknya kali ini jauh lebih baik dari Operasi Sapu Saksi silam. Pada operasi ini, bisa dibilang proses yang kami selesaikan telah mencapai tujuh puluh persen. Aku rasa, tidak terlalu keliru apabila aku menyatakan bahwa operasi ini hampir berhasil.

Sore tadi, salah satu tentara yang bernama Ilham mengontakku melalui radio. Dia bilang, jembatan di dekat Mitra 10 Cibubur yang merupakan penghubung jalan di atas sungai Cikeas rubuh.

Awalnya aku heran, bagaimana bisa jembatan sekokoh itu bisa ambruk tanpa sebab? Darahku langsung berdesir ketika beliau menceritakan seluruh rentetan kejadian. Aku dan orang-orang di rombongan empat belas tak pernah menyangka kalau ternyata grup kami merupakan iring-iringan terakhir.

Kini aku dihadapkan oleh dilema yang membuat kepalaku sakit tatkala memikirkannya. Beberapa orang menyarankan untuk mengikhlaskan mereka yang tertinggal di Cileungsi.

Menurut mereka, kita yang telah ada di tempat ini sudah memiliki nasib yang jelas. Kita semua memiliki kesempatan menyelamatkan diri yang tinggi selama mau bergerak cepat. Sementara mereka yang masih disana sebaliknya.

Setelah aku pikir-pikir, aku rasa ide yang pertama kali diinisiasikan oleh Letda Zaki Mularman itu memang sangat rasional. Bukannya kami tak peduli apalagi hilang empati pada mereka, bukan. Namun listrik yang memberi daya pada musik pengalih hanya akan aktif selama delapan hari. Setelah itu, bukan tidak mungkin bilamana mayat-mayat itu akan mengobrak-abrik tempat ini.

Di sisi lain, kelompok bersenjata yang membombardir Jalur Sutera tersebut juga bisa menyerang kami kapan saja. Ya, kami memang kuat. Tapi dengan menilik dari suksesnya serangan mereka yang berhasil memukul mundur tentara hingga kembali ke Cileungsi, maka dapat aku pastikan bahwa mereka jauh lebih kuat.

Setelah menyelesaikan tulisan ini, aku rasa aku akan memanggil Zaki dan Arya untuk memberikan skema tindakan selanjutnya. Kami akan mulai dari menyisir para warga di tempat ini untuk menemukan mereka yang berprofesi pilot selama dua hari, lalu melakukan tes kesehatan dan uji kompetensi selama tiga hari berikutnya. Barulah pada hari keenam yang akan datang, kloter penerbangan awal menuju Ternate akan dilepaslandaskan.

Selagi menunggu mereka menjalankan tugas, aku akan terus melakukan komunikasi terhadap Cileungsi, lalu menilai kemajuan kondusifitas disana dan menarik kesimpulan apakah mereka memungkinkan kami selamatkan atau tidak.

Kemudian, aku juga akan berkoordinasi dengan Ustad Kodri agar beliau menyortir nama-nama penumpang per kloter penerbangan. Orang-orang yang memiliki profesi di bidang Kesehatan, Teknologi, Permesinan, dan Pendidikan akan mendapat prioritas terdahulu. Lalu disusul oleh para wanita, dan orang-orang dengan profesi lain.

Aku rasa hanya ini yang bisa aku tuangkan dalam catatan malam ini. Sekali lagi, rencana yang akan kami lakukan selanjutnya bukanlah semata-mata untuk menyelamatkan diri sendiri. Kalian mungkin baru akan mengerti bilamana berada di posisi ini.

Perdana Haliman Kawung
Presiden Republik Indonesia

Jejak: 31 Hari (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang