CMWW. 53 .

2.4K 150 6
                                    

"Dimana tuanmu ?" tanya Jing xin kepada Guo yang sedang termenung sambil tersipu malu-malu , hmm... sedang apa anak ini?

" Suaranya lembut apalagi rambutnya," ujar Gua dalam ketidaksadarannya lalu menutup wajahnya yang memerah. Mata Jing xin hanya bisa berkedip-kedip jijik melihat pria itu, kenapa ada manusia seperti ini?

"Ehem.. Guo? Kau sadar? "tanya Jing xin tenang berusaha tidak menganggu anak yang sedang kasmaran. Merasa tak mendapatkan respons akhirnya Jing xin menyentil kening Guo.

"Awwwww! "tangan Guo langsung mengosok keningnya yang mulai memerah, ini sakit banget. Dilihatnya orang yang menyerangnya tiba-tiba Guo mendadak kaku, sesak nafas, meriang melihat wajah tampan Jing xin sedang tersenyum manis, bahagia karena telah membuatnya meringis kesakitan.

"Woww,manis",kagum Guo pelan agar tidak terdengar,tapi sayang seribu sayang telinga seorang Jing xin adalah telinga profesional yang selalu siap sedia.

"Manis? Apa yang manis Guo? " tanya Jing xin serius, apakah tidak salah dia dibilang manis, dia ini pria seharusnya menggunakan ungkapan yang menunjukkan karismanya. Guo gelagapan mendengar nada serius itu, sekarang dia harus apa!

"Maafkan hamba Tuan hamba akan undur diri, "ujar Guo meminta maaf karena tak sanggup menjawab lagi dirinya malu, lalu dengan kekuatan 180 derajatnya  Guo langsung melangkahkan kakinya, tapi sepertinya hal itu sudah diprediksi oleh sang Jing xin ditariknya bahu Guo sehingga menabrak dadanya, Guo menutup matanya hidupny akan segera berakhir, jantungnya bertalu-talu begitu keras rasanya satu dunia bisa mendengarnya. Pasrah... Wangye! Tolong kacungmu!!

"Relaks Guo, aku tak akan macam-macam, baik? "ujar Jing xin menenangkan Guo yang terlihat ketakutan seperti anak kucing, sayang usaha gagal bukannya tenang Guo semakin panik kepalanya dipenuhi pikiran-pikiran buruk tentang Jing xin.

"Apa maumu? Hamba tidak memiliki apapun yang dapat hamba berikan tuan, tolong lepaskan saya, "melas Guo meminta belas kasihan dari teman tuannya.

" Aku hanya ingin bertanya dimana tuanmu itu? "tanya Jing xin sambil terseyum geli melihat ekpresi  Guo yang berasa lihat hantu.

"Wangye sedang berada di kamar wangfei di barat, istana utama, jadi tuan tolong lepaskan hamba, "jawab Guo cepat, dia butuh oksigen rasanya oksigen disini tidak cukup untuk dirinya.

"Baiklah, sampai jumpa Guo",ujar Jing xin sambil memancarkan aura senangnya, namun tidak bagi Guo
rasanya itu aura yang berbahaya.Tiba-tiba tangan putih dan lembut Jing xin mendarat ke rambut Guo lalu mengelusnya pelan.

"Aku pergi dulu Guo, " ujar Jing xin. Guo hanya bisa membeku kakinya lemas alhasil dia terjatuh sambil menutupi wajah merahnya, Yaampun apakah ini normal?

****

Setelah beberapa saat Jing xin akhirnya tiba di istana utama, kali ini masalah menghampirinya lagi, istana utama begitu besar masa dirinya harus mencarinya sendiri? Jangan gila! Dirinya tak mau,  Ha.... baiklah ini semua demi kewarasan temanmu, Ayo kita lakukan.

'Bagaimana jika bertanya ke pelayan', batin Jing xin. Matanya mencari-cari pelayan atau pengawal namun kenapa tidak ada seorang pun...aneh. 'Apa boleh buat  aku harus melakukannya sendiri'batin Jing xin pasrah dengan keadaan.

"Baiklah pintu terakhir,jika ini tidak ada akan kubunuh Guo,  tapi dia manis, tidak tidak yang salah harus dihukum, "kata Jing xin labil.

Tiba-tiba pintu di depannya terbuka, dua pasang mata itu menatap Jing xin dengan bingung, apa yang dilakukan dirinya. Mereka tak lain dan tak bukan adalah Ying dan Bai, selamat mereka kembali dari bulan madu mereka yang sangat panjang, bahkan kabar gembiranya Ying hamil, mungkin di sana Bai menggempur dirinya habis-habisan sampai tetes keringat terakhir.

"Tuan apa yang kau lakukan di pintu belakang? Mengapa tidak lewat pintu depan? "tanya Ying ke Jing xin, yang membuat Jing xin melongo. Jadi selama ini dia berada di pintu yang salah, pantas saja sepi.. Ckckck kenapa dirimu begitu bodoh, dimana otak encer seorang Jing xin yang tampan? Apakah otaknya mulai bermasalah? Tapi dia merasa sehat sentosa.

"Aku hanya sedang berkeliling lalu teringat ingin membahas sesuatu demgan tuanmu, "ujar Jing xin menyelamatakan harga dirinya terlebih dahulu, tidak mungkin dia membuat dirinya ditertawakan bisa-bisa dia diledek orang tuanya. Jing xin tak akan membiarkannya.

"Oh, wangye ada di dalam hamba akan pergi memberitahu wangye, " ujar Ying meninggalkan Jing xin dan Bai berdua sendirian, angin berhembus pelan membuat suasana yang begitu canggung untuk Jing xin, mata Bai ituloh yang dari tadi kayak mau bunuh dirinya, dia salah apa?

"Istriku sedang hamil, "ujar Bai tiba-tiba membuat Jing xin terseyum canggung tak mengerti maksud Bai, iya dia tahu Ying itu istri Bai sedang hamil muda lalu ada urusan apa dengan dirinya?

"Jangan dekat-dekat, "aura dominan Bai menguar membuat Jing xin tak nyaman, hah.. Suami cemburu,masalah luar biasa. Jangan ikut campur Jing xin.

"Ya, tentu saja! "jawab Jing xin. Lalu matanya melirik Ying yang telah kembali. Berharap membawa kabar baik baginya.

"Tuan, wangye menunggu anda di dalam, "ujar Ying penuh hormat kepada Jing xin.

"Baiklah terima kasih, Cantik, "ujar Jing xin mempermaikan Bai yang sudah ingin menyerangnya, Hhahahahahahha... Rasanya senang.

"Kau, "geram Bai, beraninya bajingan putih itu menggoda istrinya!

"Bai, jangan marah lagi tuan hanya bermain, Ayo,aku ingin makan ,lapar... "bujuk Ying dengan suara imutnya, meluruhkan semua emosi Bai dalam sekejap, tenang rasanya.

***

"Rencana macam apa itu? Kau gila?itu sama saja membuat istrimu semakin sekarat! "bentak Jing xin setelah mendengar rencana pangeran ketiga.

"Benwang ...tak tahu harus apa, "ujar pageran ketiga penuh keputus asaan. Istrinya, aura hidupnya mulai memudar, dia tak tahu kapan istrinya bisa bertahan di sini. Dia tak ingin berpisah. Dia tak ingin membuat hari ini menjadi hari terakhir bagi mereka, kemarin mereka baru saja bertemu namun rasanya takdir mempermainkan mereka. Rasanya ingin dirinya mengutuk dewa takdir yang menulis kisah cintanya dengan Xiao ju hua begitu rumit.

"Dinginkan kepalamu dulu, "saran Jing xin agar temannya bisa mengambil keputusan yang baik, ditepuknya pelan bahu kawannya itu berharap pria itu lebih tabah.

"Kau bilang  panah yang menyerang istrimu memiliki simbol yang aneh, bolehkah kau perlihatkan padaku? "tanya Jing xin ,penasaran mengenai simbol aneh itu siapa tahu otak encernya tahu. Mendengar permintaan Jing xin, pangeran ketiga langsung menyerahkan  anak panah itu kepada Jing xin.

'Tunggu dulu, mengapa simbol ini masih ada? Seharusnya ini sudah musnah ratusan tahun lalu kan? ' batin Jing xin bingung.

"Ini simbol klan itama, tapi seharusnya ini sudah musnah, "ujar Jing xin kepada pangeran ketiga yang juga terkejut mendengar penuturan dari kawannya.

"Bukannya leluhurmu telah memusnahkan mereka? "tanya pangeran ketiga kepada Jing xin.

"Itu seharusnya begitu, apakah masih tertinggal akarnya? "ujar Jing xin membuat suasana menjadi suram.

***

Hai.. Semua.. Maaf upnya saat malam.. Karena ingin menemani anda malam mingguan..

😍😍
Semoga sehat selalu...
Bye... Besok up lagi.. Oke?











Catch My Wild Wangfei (Revisi 0.1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang