18. spesial Ali

2.6K 326 46
                                    

18. Spesial Ali

****

TANGAN nya terkepal, kenapa dari dulu Mami hanya menyayangi Aldan? Bukan dirinya yang anak kandungnya sendiri, padahal dilihat dari prestasi dirinya masih unggul ketimbang Aldan yang hanya mengandalkan kedua orang tuanya saja.

"PULANG SEKARANG, AIDAN ALI ATMAJAYA. MAMI ENGGAK MAU KATA NOLAK LAGI!!"

Sungguh ini kesakitan yang luar biasa baginya, rasanya sakit menjadi anak yang diperbandingkan oleh orang tuanya sendiri. Pengakuannya tidak dianggap, sedangkan pengakuan yang nyatanya palsu dianggap. Rasanya tidak adil.

"Aku gak mau Mi, Mami pulang aja sama anak kesayangan Mami itu."

"AIDAN PULANG!"

Mendengar teriakan Retta yang semakin menggelegar, dengan amat terpaksa Ali mengalah. Walau hatinya masih sakit akan tamparan yang sering ia terima, namun Ali tetaplah Ali. Pria yang sangat menyayangi Maminya walau Maminya tidak menyayanginya sama sekali.

Dengan ransel dipunggungnya, Ali ikut dengan Aldan dan Retta. Aldan tersenyum sinis pada Ali pertanda kemenangannya, Ali hanya diam tak ingin mencari keributan lagi. Masih terluka untuk sekian kalinya.

"Mami mohon dirumah kamu jaga sifat dan sikap, Aidan. Mami enggak mau Papi murka liat kamu gak berubah-berubah dari dulu, kalo kamu enggak berubah-berubah. Mami akan benar-benar cabut fasilitas kamu." Ujar Retta dengan penuh penekanan. Tak ada kata lain selain mengiyakan ucapan Retta. Ali hanya lelah terus berdebat dengan Retta, membuat sang pengadu domba merasa kesenangan saja.

Kenapa tiba-tiba gue kangen Prilly? Batin Ali.

Entahlah tiba-tiba saja wajah Prilly yang sedang tersenyum kearahnya terbayang, Ali mencoba berpikir lain. Mungkin hanya bayang-bayang saja, Ali merasakan kepalanya sedikit pening akibat pertengkaran barusan di Apartemen nya.

Ali mendongak menatap rumahnya dulu, iya. Semua itu hanya dulu, sebelum Aldan masuk kedalam kehidupannya. Ali merasa asing berada dirumahmya sendiri, sudah beberapa tahun Ali memilih tinggal sendiri dengan uang transferan Papinya. Ali bahkan hanya sekilas-kilas melihat Papinya yang benar-benar ambisius dalam bekerja, membuat Papinya itu jarang berada dirumah.

"Den Ali?"

Ali tersenyum pada Bi iyem, Bi iyem adalah orang yang sangat berjasa baginya. Ketika Mami sibuk menjaga Aldan dan Papinya yang sibuk bekerja, Bi iyem lah orang yang selalu merawatnya.

Miris memang

Namun tak apalah, itulah kehidupannya. Orang-orang sana pasti mengira keluarga atmajaya harmonis, namun kenyataannya tidak sama sekali. Penuh perbandingan antara dirinya dan Aldan, dari Maminya yang selalu membanggakan Aldan. Maminya yang selalu menyebut Aldan saat acara keluarga, semua itu membuat Ali muak. Emangnya siapa anaknya disini?

"Ehh iya Bi."

"Den Ali apa kabar?"

Hanya Bi iyem dan Prilly yang menyebutnya Ali, walaupun Ali sangat menyukai panggilan itu. Panggilan yang membuatnya terasa sangat tenang, Ali mengangguk berkata.

"Ali baik Bi, Bi iyem baikkan disini tanpa Ali? Bi iyem pasti kangen ya sama Ali?"

Inilah yang Bi iyem suka dari anak majikannya, sangat pandai menutupi luka. Bi iyem mengelus pundak Ali agar menguatkan Ali, dari dulu Bi iyem sudah tau bagaimana keluarga atmajaya sejak Mami dan Papinya Ali belum mempunyai anak.

Mermaid [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang