21. panas

2.7K 306 56
                                    

21. Panas

***

PAGI yang indah, Ali membuka helmnya kemudian turun dari motor kesayangannya ini. Motor moge hadiah dari Kakeknya, Ali tak pernah diberi hadiah apapun dari Mami Papinya, kecuali kartu ATM yang seringkali ditransfer oleh Papinya secara bulanan. Entahlah moodnya kali ini menjadi hancur lembur, gara-gara Aldan terus saja mengecoh ketenangannya.

"Alii, tolonginn akuu!"

Ali menoleh kebelakang, disana terdapat Prilly dengan raut yang sepertinya sedang lelah. Terlihat peluh membasahi Prilly, dibelakang Prilly juga ada Rean serta wanita yang dirinya tak tau namanya, yang pastinya selalu bersama Prilly.

Tangan Prilly memegang tangan Ali, kemudian Prilly menyandarkan kepalanya membuat jeritan-jeritan terdengar diarea parkiran.

"Omaygat-omaygattt.. kecentilan bangett tuh anak baru!"

"Kalo Sasya tau, bisa abis tuh."

"Dasarr PHO!"

"Ahhh mereka cocok banget."

"Lo bilang apa? Mereka cocok? Yang ada ntar si Sasya ngamuk!"

Rean menarik tangan Prilly agar kembali pada posisi awal, membuat Prilly merenggut pada Rean yang semena-mena menariknya. Ali menatap jengah pada keduanya, kemudian melenggang pergi.

"Kau menyebalkan, Rean. Jangan ganggu, urus aja tuh Clara." Ketus Prilly. Rean menyilangkan tangannya didada, kemudian berkata. "Ini perintah Ratu untuk menjagamu, Princess." Balas Rean.

"Bener tuh, kita cuman ngejagain Princess agar tetap aman. Siapa tau dia jahat sama Princess." Sahut Clara.

Beruntungnya mereka berbicara dengan pelan, jika tidak, mungkin saja identitas mereka akan terbongkar. Prilly memutar matanya malas kemudian pergi meninggalkan Rean serta Clara.

"Sabar-sabar ya, Rean. Princess belum sadar kalau Rean cinta sama Princess." Clara berkata.

Rean mengangguk, kemudian keduanya berjalan beriringan. Prilly memasuki kelasnya, dirinya pusing mendengar omongan orang-orang setiap dirinya melewati koridor. Prilly melihat Asya yang sedang duduk sambil memegang benda yang dirinya tak tau itu apa.

"Asya?"

Merasa ada yang memanggilnya, Asya mendongak kemudian tersenyum ramah pada Prilly. Prilly menghampiri Asya, kemudian duduk disebelahnya. Asya menyampingkan duduknya kemudian tersenyum lagi pada Prilly.

"Kita jadi temen, kan?"

Prilly mengangguk semangat, dirinya sekarang mempunyai teman seperti Asya yang baik hati padanya. Prilly kembali ketempat duduknya, saat guru Matematika datang. Prilly melihat Ali baru saja datang dan langsung duduk disebelahnya.

"Suuttt... Ali kenapa diem?" Bisik Prilly. Ali hanya menoleh sekilas, kemudian mencerna guru Matematika yang sedang menjelaskan materinya.

"Ali?"

"Ali?"

"Ali oh Ali."

Mermaid [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang