44. Salahkah

1.4K 250 40
                                    

44. Salahkah

****

"CARA lain?"

"Iya. Cara lain buat naklukin Aidan, gue heran kenapa dia kayak gitu sama lo? Dia kayak menghindar," kata Asya.

Prilly mengibaskan tangannya sambil tertawa renyah. "Ngaco kamu Sya. Dia kan gak kenal aku, lagian mana mungkin orang asing kayak aku langsung diterima. Gak mungkin dan gak mungkin," sangkal Prilly walaupun dihatinya terdapat keraguan.

"Bisa jadi."

Asya memeluk boneka miliknya, memikirkan hal itu membuatnya geram seketika dengan perlakuan Ali pada Prilly yang semena-mena. Kenapa harus dibuang? kan bisa gitu ditolak kek apa kek! Gak punya hati banget pikir Asya.

"Gimana kalo lo jadi temen dia aja?"

Prilly menggelengkan kepalanya. Kemarin sudah ia coba, namun Ali malah menepisnya dengan kasar.

Menyakitkan.

"Puyeng gue lama-lama. Btw, lo emang gak bisa gitu ngembaliin ingatan Aidan?" Prilly menggelengkan kepalanya. Walaupun bisa, hanya satu yang ia bisa lakukan, ciuman.

"Apa gue kasih tau Rio ya? biar dia bantuin kita," usul Asya. "Jangan Sya! terlalu gegabah. Kamu tau sendiri kan mulut Rio kayak gimana, udah kayak ember banget. Ntar rahasia aku kebongkar," tolak Prilly.

Benar juga. Omongan Rio tak bisa dijaga, bahkan terkenal ember. Asya memikirkannya sudah membuat ia pusing, lalu bagaimana dengan Prilly yang merasakan semua ini. Pasti menyakitkan.

"Kalo lo nyerah. Lo bisa kembali ke laut, Prill. Gue gak tega lo disakitin terus," kata Asya tiba-tiba. Prilly menggelengkan kepalanya, mana mungkin ia kembali jika semuanya masih angan-angan.

Jika ia kembali, semuanya akan sia-sia dan ia akan menjadi buih-buih dilautan. Prilly tak mau semua itu terjadi padanya dan cintanya.

"Mana mungkin aku harus kembali Sya. Perjuangan ini belum usai, kembalipun percuma. Jiwa ku ada disini bersama hatinya," balas Prilly.

Asya memeluk Prilly dengan erat, hati Prilly memanglah pantas untuk diperjuangkan. Namun malah terhempaskan oleh Ali. Benar-benar gila.

****

Prilly bersama Asya berjalan beriringan. Prilly memang tak mau mempunyai teman lagi selain Asya, maka dari itu ia menjauh. Iya itu lebih baik.

"Tenangin hati lo Prill."

Deg

Bagaimana ia bisa tenang, bagaimana? Jika orang yang sangat ia cintai bersama orang lain. Rasanya sakit dan terlalu sakit, namun ia hanya bisa memendam dan diam merasakan sakit yang teramat ini.

Prilly memalingkan wajahnya untuk tidak menatap pemandangan didepannya. Ali dan Sasya berjalan bergandengan, namun hanya Sasya yang menggandeng tangan Ali posesif tersenyum mempesona seperti memamerkan jika Ali adalah miliknya.

Liat Li, luka yang kamu toreh semakin membesar, tetapi bodohnya aku cinta kamu. Batin Prilly.

"Lo kuat kan?"

Mermaid [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang