29. Sahabat

2.1K 266 29
                                    

29. Sahabat

***

"INGAT jalan pulang ternyata!"

Baru saja Ali menampakkan kakinya di Rumah ini, Ali sudah diberi sindiran pedas dari Retta. Ali menaikan hoodie-nya, agar Retta tidak melihat begitu banyaknya luka diwajahnya. Retta menatap anak sulungnya ini, bagaimanapun dia adalah Anaknya. Retta sangat menyayangi Ali.

"Kalo Mami gak nerima aku, aku pergi!"

"AIDAN!!!"

Ali memutar matanya, Retta tak habis fikir mengapa semakin hari Ali semakin kurang ajar padanya. Tak ada sopan-santunnya pada orang tua, selalu saja membantah perkataannya.

"Aidan. Liat mata Mami, mau jadi apa kamu hah? kenapa harus berantem disekolah, kamu mau jadi preman?" sentak Retta.

Ali memberanikan diri untuk melihat mata Retta. Seketika Retta kaget melihat begitu banyaknya luka, walau Retta tau. Itu hasil perkelahian di sekolah, tetapi kenapa sebanyak itu. Retta menghampiri Ali. "Jangan sentuh aku Mi!" kata Ali.

"Sudah Mami bilang, jangan bikin Mami pusing gara-gara kelakuan kamu yang argggg.. Mami enggak tau harus bilang apa lagi sama kamu, Aidan. Harusnya kamu contoh Aldan, dia baik dalam hal apapun," ucap Retta membuat Ali kembali sakit.

"Aldan-Aldan terus yang Mami fikiran, aku kayak gini juga gara-gara kalian pilih kasih. Apa-apa Aldan, sedangkan aku? kalian malah campakkan." Setelah berkata seperti itu, Ali segera pergi kekamarnya.

Apa dirinya salah terlalu menyayangi Aldan hingga membuat Ali seperti ini? Retta memijit pelipisnya yang benar-benar sangatlah pusing.

Blam

Ali membanting pintu dengan sangatlah keras, kenapa di Rumah ini selalu saja Aldan yang diutamakan. Padahal Aldan malah kebalikkannya, dia urakan. Ali menjambak rambutnya, dirinya harus pergi dari Rumah ini. Terserah mau marah atau tidak, karena dirinya sudah tidak tahan lagi tinggal seatap dengan orang bermuka dua.

Ali memasuki semua pakaiannya, langkahnya terhenti melihat fotonya berempat dengan Retta serta Erhan dan juga Aldan. Ali benci anak laki-laki yang tiba-tiba saja Erhan bawa ke Rumah ini.

Dan mengatakan jika Erhan menemukannya di sisi jalan, tentunya membuat Retta sangatlah bahagia. Ketika Retta di diagnosa tidak bisa mempunyai Anak lagi.

Lo yang udah bikin gue kayak gini. Batin Ali.

Ali segera keluar kamarnya, bertepatan dengan Aldan yang tersenyum kemenangan. "Mau kemana lo Bang? mau jadi gembel?" tanya Aldan meremehkan.

"Bukan urusan lo, bangsat!" maki Ali lalu pergi meninggalkan Aldan.

"Kamu mau kemana?"

Suara Retta membuat langkah Ali terhenti, Ali menoleh dengan wajah datarnya. Retta terbelalak melihat tas punggung yang seperti membawa pakaian, serta laptop yang Ali pegang.

"Mulai sekarang, Mami sama Papi urus saja anak kesayangan kalian. Anggap aja aku udah enggak ada, toh selama ini kalian anggap aku hanya pajangan di Rumah ini."

Mermaid [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang