54. Selamanya

1.3K 215 44
                                    

54. Selamanya

****

SUDAH seminggu Ali dinyatakan koma, entah kapan Pria berdarah Arab-Indonesia itu akan bangun dari tidur panjangnya. Dan, senantiasa Prilly selalu berkunjung selepas sekolah hanya untuk melihat Ali yang sedang tertidur. Prilly meletakan Bunga Mawar Putih pada vas yang penuh akan Bunga pemberiannya.

Prilly tersenyum lirih, "kata kamu, kamu gak suka liat aku sedih terus. Nyatanya, kamu sendiri yang bikin aku sedih. Aku cuman rindu kamu," lirihnya.

Prilly mengusap tangan Ali dengan lembut. Tentunya ia sangat merindukan Ali, sangat dan sangat. Prilly bahkan tak tau harus berkata apalagi untuk mengatakan kerinduan yang menyiksanya.

"Kali ini aku gak bakalan ceritain apapun lagi, Li. Ada saatnya kamu akan mendengar semua ceritaku," lirihnya lagi.

Prilly menggigit bibir bawahnya. Rasa sesak itu kembali datang, Prilly meremas dadanya sendiri. Tentunya ini sangat menyakitkan baginya. Prilly memukul kepalanya sendiri, kenapa ia harus lupa akan larangan Bangsa Mermaid.

Tak terbalas atau saling mencintai pun rasanya sama saja. Sama-sama membuatnya harus pergi dari sisi Ali.

"Kamu gak lelah, Li? Tidur terus? Gak mau peluk aku lagi? Gak mau ucapin Mermaid mungil lagi buat aku?!"

Prilly menghapus air matanya. Tentunya perkataannya itu terlalu sia-sia untuk Ali yang takkan pernah mau memeluknya, dan memanggilnya dengan panggilan Mermaid mungil. Mungkin semua itu akan menjadi kenangan untuknya, semua yang telah ia lewati bersama Ali akan lenyap seketika terbawa oleh derasnya lautan.

Prilly bahkan sama sekali tak menyangka Mermaid mempunyai larangan-larangan yang menyeramkan menurutnya.

Prilly mendekatkan bibirnya pada kening Ali. Dan, Prilly mengecup kening Ali lamat-lamat. Tanpa sengaja, air matanya mengenai wajah Ali. Prilly berusaha tak terisak, air mata itu seketika menjadi mutiara.

"Aku sayang kamu, Ali. Kamu harus tau itu. Selamanya." Benar kata orang-orang. Mencintai itu memang kadang menyakitkan dan terkadang manis. Tak semudah yang dibayangkan, Prilly hanya membayangkan semua ini akan indah saat ia memilih kabur dari lautan dan memilih tinggal didaratan.

Nyatanya semua ini menjadi malapetaka untuknya. Ia harus rela menjadi buih akibat larangan konyol itu.

Prilly berdiri dari duduknya. "Aku pergi dulu ya, Li? Semoga pas aku ketemu kamu lagi. Kamu bangun," ujar Prilly.

Setelah itu, Prilly memilih meninggalkan ruangan Ali yang sepi tak ada seorangpun karena Tante Retta memilih pulang sebentar. Prilly melihat-lihat koridor yang lumayan sepi.

Matanya melirik seorang gadis yang memakai tongkat, dan sepertinya ia mengenali gadis itu.

"SASYA?!" panggil Prilly.

Ya, gadis itu adalah Sasya. Sasya panik melihat kedatangan Prilly, ia berusaha kabur, namun, Sasya malah terjatuh akibat langkahnya yang terasa berat.

Sasya menunduk malu saat bertemu dengan Prilly. Sasya merasa malu dengan fisiknya yang kini tak sempurna lagi bahkan semua itu atas kecerobohan yang Sasya buat lagi.

Mermaid [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang