Sicheng tidak berkomentar banyak ketika Taeyong meminta untuk diantarkan ke rumah sakit.
Taeyong ingin segera mendapat perawatan lanjutan atas lukanya yang parah, pikirnya.
Maka, dia parkirkan mobilnya, kemudian menurunkan Taeyong, perlahan mengantar lelaki itu masuk ke gedung rumah sakit dengan kursi roda yang telah dia bawa sejak awal.
Taeyong tidak bicara banyak, dia hanya sering mendesis karena sedikit saja tubuhnya bergerak, dia masih merasakan sakit ditubuhnya, sangat mengganggunya.
"INTERN!"
Taeyong tentu tahu apa yang dia dapatkan jika dia nekat datang ke rumah sakit pada pukul sepuluh pagi.
Dia sudah berusaha langsung masuk ke lobi, namun tentu dia tidak akan pernah bisa lolos dari kepala perawat yang terus berjaga mengelilingi gedung selama seharian penuh.
Matanya tertutup rapat seiring teriakan nyaring itu mendekat, bersamaan dengan ketukan pantofel yang menggema.
Syukurnya, Sicheng tidak tahu siapa yang suster itu tengah panggil, sehingga lelaki itu terus mendorong kursi rodanya.
Lurus, sesuai arahannya.
Sementara Taeyong hanya membungkukkan tubuhnya, menyembunyikan wajahnya, berharap bahwa sebenarnya kepala perawat tengah memanggil anak magang lain, dan melewatinya begitu saja.
Sayangnya, yang detik selanjutnya dia rasakan adalah Sicheng berhenti mendorong kursi rodanya.
"Maaf, permisi—"
"Lee Taeyong!"
Taeyong bisa merasakan tubuhnya melemas.
"Iya..?"
"Iya?! Sudah jam berapa ini, Taeyong? Apa yang kamu lakukan diatas kursi roda? Penyamaran apa lagi ini?" Bu Kim berkacak pinggang didepan Taeyong.
"Ibu Kim, aku kemari benar-benar sebagai pasien" Taeyong memasang wajah melasnya, mencoba mendapatkan empati dari Ibu Kim dengan memamerkan sorotan matanya yang lemah, mencoba meyakinkan bahwa dia benar-benar jujur kali ini.
Dia hanya berbohong dua kali sebelumnya.
Saat dia pura-pura diare karena menghindar memegang pasien anggota gang.
Saat dia pura-pura migrain untuk mendapatkan istirahat lebih lama.
Saat dia bilang dia sedang demam dan tidak bisa memegang pasien hanya karena dia terlalu banyak begadang main game.
Saat dia bilang tangannya keseleo dan tidak bisa menyuntik orang karena semalam dia minum dan tubuhnya masih belum stabil untuk bekerja.
Kemudian, saat dia—ah, ternyata, lebih dari dua kali.
Mungkin, itulah kenapa Ibu Kim mulai susah percaya dengannya ketika dia sedang mengatakan suatu hal yang jujur.
"Ck, berdiri dan langsung ke ruang UGD" pinta Ibu Kim, masih dengan sorot mata tajamnya.
Taeyong meloloskan helaan nafasnya. Masalahanya, dia benar-benar perlu mengecek lukanya terlebih dahulu dan dia tidak berminat membuka bajunya untuk memamerkan luka mengerikan yang melintang didadanya
"Setelah aku ke ruang Dokter, oke?" Taeyong memasang wajahnya lebih sendu lagi, namun tentu sudah tidak semudah itu untuk meluluhkan Ibu Kim.
"Lee Taeyong!"
"Ibu Kim, tolong—"
"Maaf, tapi.. aku kemari membawa Taeyong sebagai pasien"
Sampai akhirnya, Sicheng dibelakang tubuhnya, yang mungkin sedari tadi bingung dengan apa yang tengah terjadi didepan matanya, buka suara dan menyelamatkan Taeyong di detik terakhir. Tepat sebelum si perawat menarik tangan Taeyong dan menggeret lelaki yang bahkan belum kuat untuk berjalan itu ke ruangannya dan meneriakinya habis-habisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILLOW || JAEYONG
Fanfiction[ANGST] [ROMANCE] [VAMPIRE] [COMPLETE] [ 1. 우리 다시 만나자 Series - Willow Blend ] A simple "I love you", ruined them. started: 05 May 2020 finished: 01 July 2020 Book 1 : Willow [Complete] Book 2 : Verona [On Progress]