[13]

2.7K 331 21
                                    

"Jeno, kita harus gerak cepat"

Dengan langkah cepat, Jaehyun memasuki ruangan yang telah dipenuhi anggota lainnya. Dia terlambat karena ada kegiatan yang—tidak—penting yang harus dia lakukan.

Memastikan tidak ada lagi Feral yang mendekati Taeyong atau kemungkinan dia harus melawan Feral—lagi—dan menyelamatkan lelaki kecil itu—lagi—huh, menyusahkan.

Jadi, dia memutuskan untuk memastikan Taeyong pulang dengan selamat.

Kemudian terbang menuju The Hall secepat yang dia bisa.

"Iya, hyung. Menurut data milik Yangyang, Dark House sudah mulai mencoba serum mereka ke beberapa kelinci percobaan mereka

 Menurut data milik Yangyang, Dark House sudah mulai mencoba serum mereka ke beberapa kelinci percobaan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai perkiraan, mereka cepat atau lambat akan tahu bahwa serum itu mampu menciptakan Feral"

"Yah, Lucas salah satu korbannya"

Jaehyun bisa merasakan setiap mata menyorot kearahnya dengan bingung—serta terkejut diwaktu yang sama.

"Kita harus bergerak cepat, Dark House akan segera meluncurkan serum mereka dalam skala luas"

"Baik, Jae hyung"

———

Taeyong melangkahkan kakinya menuju ruang UGD. Menarik nafasnya dalam-dalam sebelum memasukan seluruh tubuhnya kedalam ruangan paling keos dari seluruh ruangan yang ada.

Dengan berada disana, maka dia harus siap—

"Dokter Lee! Pasien nomor 3!"

Dipanggil dan mengecek seluruh pasien yang ada, melakukan diagnosa yang tepat, sampai dia sudah tidak ingat lagi sampai mana jarum jam berdetik.

Memasuki tiap bilik yang dipisah dengan tirau putih, melihat wajah-wajah pucat yang tengah mengerang menahan sakit.

Dia semdiri sering kali merasa ngilu melihat mereka menekuk tubuh untuk mengurangi rasa sakit yang tengah mendera mereka.

Tangannya dengan cepat meraih stetoskop yang melingkar di lehernya, mengecek tubuh pasien, melakukan CT Scan untuk mengetahui sejarah sakit pasien agar hasil diagnosanya bisa akurat.

Tentu, dia tidak ingin mengotori namanya dan membuang hasil belajarnya sia-sia hanya karena salah diagnosa. Parah lagi jika namanya dituntut oleh wali pasien.

Mimpi terburuk yang tidak pernah ingin dia bayangkan.

Setelah fokusnya dia tuangkan berjam-jam untuk pasien—yang entah mengapa jumlahnya lebih banyak dari biasanya—dia duduk di salah satu kursi disisi ruangan, berdekatan dengan meja bar yang menjadi tempat informasi, dijaga ketat oleh beberasa suster disana.

Dia hanya butuh mengistirahatkan kakinya dengan meletakan pantatnya sebentar diatas kursi.

Rasanya lega, ketiga punggungnya bisa dia sandarkan dengan rileks.

WILLOW || JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang