Part V : Final Round

3.8K 191 16
                                    

"Taeyong, jika aku harus pergi, maka apa yang kamu akan lakukan?"

"Menunggumu kembali."

"Kalau- aku tidak bisa kembali?"










Jaehyun tidak tahu harus apa ketika dia mengetahui satu hal; target yang klan nya ingin dapatkan ternyata memiliki hubungan aliran darah dengan kekasihnya. Entah fakta itu mampu memperbesar kemungkinan untuk membawa Chanyeol kedalam klan mereka atau tidak. Mungkin, tidak, mengingat Taeyong juga terlihat tidak begitu akrab dengan 'kakek buyutnya'.

Kun dan Yuta telah mengetahuinya. Saat Jaehyun tanyakan sejak kapan, mereka menyebutkan sejak Kun tidak sengaja menemui foto Taeyong di rumah Chanyeol. Foto bayi dengan keterangan nama Lee Taeyong dibelakangnya.

Entah mengapa sejak detik itu, Jaehyun terganggu. Dia merasa perasaannya terusik tiap kali mereka membicarakan Chanyeol, ditambah fakta bahwa Taeyong merupakan kerabat pria itu, dia merasa tidak nyaman.

Ditambah, semakin lama pandangannya mengenai hari 'itu' kian melekat padanya, kian intens, seakan tiap kali dia punya waktu senggang untuk tidak memikirkan apapun, mereka keluar begitu saja dalam pikirannya.

Setelah kejadian penyerangan Dark House, dia begitu terganggu. Bahwa dia masih harus di The Hall dan hanya punya waktu sedikit dengan Taeyong terus membuat dia risau.

Iya, waktunya dengan Taeyong begitu terbatas.

Dia tidak marah kalau Taeyong harus sibuk dengan kerjaannya, dia tidak marah kalau Taeyong harus pulang malam terkadang untuk kerjaannya, dia tidak marah kalau Taeyong adalah manusia yang berarti akan pergi mendahuluinya.

Dia tidak marah.

Namun, ingatannya tentang Taeyong menangis untuknya sangat mengusiknya, ingatan tentang perang dan Taeyong ditengahnya membuat dia punya sisi protektif yang aktif dan mendominasi didalam tubuhnya.

Hari itu, meski Yuta melarangnya untuk pulang karena ada satu hal yang harus dia kerjakan, dia memutuskan untuk pulang. Bagaimanapun juga, melihat Taeyong secara langsung dan merasakan kehadiran lelaki itu disisinya adalah satu-satunya 'obat' untuk perasaannya.

Jam kerja Taeyong sudah lewat dan dia putuskan untuk membuat makan malam.

Tepat saat Taeyong pulang, dia menyelesaikan masakan buatannya.

Taeyong begitu berharga untuknya dan dia tidak akan pernah merelakan Taeyong pada apapun.


































Taeyong.

Apa yang kamu lakukan di The Hall nanti? Ketika perang terjadi?

Apa yang akan terjadi padamu?

Apa yang akan terjadi pada kita?

Perasaanku selalu mengatakan bahwa kita tidak baik-baik saja dan aku sangat, sangat benci itu.

"Berjanjilah padaku, kamu akan selalu bersamaku."

Bisakah, bisakah kamu juga berjanji padaku untuk terus bersamaku?

Atau, apakah permintaanku untuk bahagia bersamamu terlalu egois?

WILLOW || JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang