[23]

1.5K 225 20
                                    

Terlalu banyak lembar kertas yang harus dia kerjakan, dibawakan dengan penuh senyum oleh Doyoung, seakan lelaki itu tengah mengurungnya di kantor sendiri.

"Kamu belum ketemu Johnny?"

"Kamu ga liat berapa banyak yang harus aku review?" Jaehyun merentangkan tangannya, "Terima kasih Doyoung"

Doyoung terkekeh, "Jadwalmu hari ini rapat jam 3, itu saja"

"Syukurlah"

"Hm, bersyukurlah selagi kamu sibuk dengan kerjaanmu yang 'ini' bukan yang 'lain'."

Jaehyun terkekeh, menganggukkan kepalanya setuju. Tangannya menyisir rambutnya, memijat kepalanya yang pening, kenyang akan tugasnya.

"Ah ya, malam ini aku harus ke Sicheng"

"Kamu bisa izin—"

"Tidak tidak, Mark, dia perlu bantuan" Jaehyun menggelengkan kepalanya, "Anak itu harusnya fokus sekolah"

"Kamu tidak mau membantunya dengan beasiswa?"

Jaehyun memgernyit, "Oh- yah, tidak terfikirkan olehku. Bisakah kamu melakukannya?"

"Beritahu aku sekolahnya, akan segera kukerjakan"

Inilah kenapa dia memilih Doyoung sebagai sekretarisnya.

"Ok. Carikan aku tutor SMA juga untuknya"

"Ok" Doyoung menganggukkan kepalanya, "Ada lagi?"

"Nanti sepulang kantor, ikutlah bersamaku ke kafe sebentar. Aku harus menghadiahimu secangkir kopi"

"Tidakkah itu terlalu mahal?" sindir Doyoung, dengan matanya yang di buat membulat sempurna, memalsukan wajah terkejutnya.

Jaehyun memutar matanya, "Hadiah 'mahal' mu menyusul"

"Kapan?"

"Kalau kerjaan di The Hall sudah selesai"

"Kurasa itu artinya 'tidak akan'." Doyoung mengedikan bahunya, tidak terkejut dengan fakta bahwa hadiah dari Jaehyun tidak jauh dari makan malam, hot pot, traktir di restoran kesukaan lelaki itu—yang dia akui memang enak— juga selain itu, seperti sekarang ini, kopi.

Segala kesederhanaan di dirinya membuat orang tidak menyangka berapa banyak digit di rekeningnya—kecuali mereka kenal dan paham barang-barang yang melingkar di tubuh Jaehyun yang selalu dalam edisi terbatas.

Yah, dia sederhana dan sangat tidak sederhana di waktu yang sama.



Doyoung menyetir mobilnya menuju kafe tempat Jaehyun bekerja. Mereka berdua turun setelah sampai dan mendapat tempat parkir yang sempurna.

Doyoung lengkap dengan jasnya dan Jaehyun yang sudah mengganti pakaiannya jadi lebih sederhana; baju kaos putih dan celana jeans melekat dikedua kaki jenjangnya. Tangannya menyisir setiap helai rambutnya dan kehadiran mereka jadi sorotan tepat kala kaki mereka menapakkan diri masuk kedalam kafe.

Tidak sesuai ekspektasinya, melihat Mark begitu cepat datang dan telah siap dengan atributnya. Membantu shift sebelumnya sampai selesai, kemudian masuk ke shift bagiannya bersama Jaehyun. Dengan setia tangannya meraba setiap sisi mesin kopi, menggiling biji kopi, kemudian mengolah mereka sesuai pesanan.

"Dari tadi?"

Mark menoleh, tersenyum kepada Jaehyun.

"Hm-m" lelaki yang lebih muda darinya itu menganggukkan kepalanya, "Aku perlu uang jajan tambahan jadi harus nambah shift" bisik Mark di telinganya.

WILLOW || JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang