[25]

1.5K 227 45
                                    

Taeyong mengerjapkan matanya. Dia merasa tidurnya sangat nyenyak. Setelah sekian lama, dia rasa kali ini tidurnya benar-benar berkualitas.

Dia meregangkan tubuhnya, menggerakan otot lehernya.

Mimpinya benar-benar aneh semalam. Yah, dari sekian banyak mimpinya, mimpi kali ini terasa begitu nyata.

Dia memimpikan Jaehyun datang ke rumahnya dengan sebotol wine. Mimpinya terasa semakin nyata ketika tubuhnya masih ingat tiap detail hal yang dia lakukan—dan Jaehyun lakuka—pada tubuhnya.

Uh, dia tidak mau mengingatnya lagi. Bagaimana mungkin dia memeluk Jaehyun dalam mimpinya lalu berakhir berciuman dengan lelaki itu—ew. No.

Tidak, dia tidak merindukan Jaehyun sama sekali namun entah mengapa lelaki itu hadir dalam tidurnya.

Jaehyun bahkan tidak bisa berhenti mengganggunya, sekalipun dalam mimpi, menyebalkan.

Matanya melirik jam dinding.

Jam berapa sekarang?

Jam— 8. 45?

Eh— EH

JAM BERAPA?—

9. 40?!

Taeyong lompat dari kasurnya, berlari menuju kamar mandi dan mencuci muka serta memastikan giginya tersikat sempurna, meraih potongan bajunya dengan asal dan berlari keluar rumah.

Sampai di rumah sakit satu jam setelahnya. Dia berlari sekuat yang dia bisa dan rasanya jantungnya akan copot dari rongga dadanya.

Dia langsung melesak kedalam ruangannya, meraih baju jasnya—

"Lee Taeyong"

dan menyapa Ibu Kim yang tengah berdiri diambang pintu.

Taeyong membenahi kerah jasnya, menelan ludahnya kasar sebelum menoleh kearah si wanita yang kini menatapnya tajam.

"Dari mana saja kamu?"

Uh— "Toilet..?"

"Dari tadi? Selama itu? Apa yang kamu lakukan?"

"Asam lambungku naik— iya, asam lambung, aku merasa mual dan setelah bisa muntah baru merasa enakan" Taeyong melemahkan dirinya, "Maaf tidak bisa hadir saat absensi, Ibu Kim"

Ibu Kim memicingkan mataya, "Dari toilet lantai berapa kamu?"

Keberuntungannya benar-benar di uji, "Lantai 4"

"Ah ya, aku belum cek lantai itu" bisik Ibu Kim dan Taeyong hanya mampu menghela nafasnya lega, "Kamu benar-benar sedang.. sakit?"

Dengan tatapan sendunya dia menganggukkan kepalanya, "Aku sudah minum obat, tenang saja, Ibu Kim"

"Sampai saja kamu ketahuan berbohong, kau—" Ibu Kim menyipitkan matanya, "Cepat sembuh. Jangan terlambat makan. Datanglah ke UGD kalau sudah enakan"

Ibu Kim selalu berakhir mempercayainya dan sebenarnya dia merasa bersalah akan hal itu.

Well, mungkin ini memang hari keberuntungannya dan dia tidak ingin mendebatkan hal itu.

Dia bungkukkan tubuhnya dengan lemah dan Ibu Kim keluar dari ruangannya.

Taeyong merebahkan dirinya diatas kasur tempat istirahatnya, menghela nafasnya panjang seraya mengatur nafasnya.

Dia benar-benar merasa mual karena terlalu banyak lari sedangkan air ditubuhnya menipis.

Jantungnya berdebat begitu kencang dan kakinya terasa begitu lemas.

WILLOW || JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang