[46]

1.1K 171 20
                                    

"Thank you, Taeyong"

Jaehyun mengecup keningnya yang berkeringat, sedari tadi berjengit menahan sakit yang mendera nyaris seluruh tubuhnya.

Dia bahkan sedikit terisak, belum selesai meringis walaupun seluruh teman-teman Jaehyun sudah keluar dari ruang kamar Jaehyun, meninggalkan mereka berdua.

Jaehyun mendekapnya erat, dia tahu sesakit apa sumpah itu pada tubuh manusia, baginya Taeyong termasuk kuat karena lelaki itu tidak sampai pingsan—mengingat Sicheng jatuh pingsan selama dua hari karena mengambil sumpah untuk jadi partnernya.

Dia menyandarkan kepala Taeyong di dadanya,  mengecup berkali-kali jemari Taeyong. Itulah satu-satunya luka yang tidak akan pernah sembuh sekalipun Jaehyun menjilatnya, luka itu hanya bisa hilang dengan sendirinya, berbekas disana sebagai bentuk setianya pada janji yang telah diucapkan.

"Masih sakit?"

Taeyong menganggukkan kepalanya, merasa tubuhnya lemas seketika. Tangannya menggenggam erat tangan Jaehyun, menahan rasa sakit yang menjalar menyiksa telapak tangannya tanpa ampun.

Dia mengelus punggung Taeyong, sampai lelaki itu bisa bernafas dengan tenang. Merasakan tubuh Taeyong masih mengerut dalam dekapannya membuat dia mengundur temunya dengan Sicheng—dimana si lelaki China itu kemudian memutuskan untuk menghabiskan waktu di The Hall, dia menutup kafe hari ini untuk memberikan Mark dan dirinya libur sejenak.

Genggaman tangan Taeyong ditangannya mulai melemah, bibir Taeyong tidak lagi meloloskan ringisan, tubuh Taeyong juga lebih rileks dari sebelumnya, dimana lelaki itu menggerakkan kepalanya di ceruk leher Jaehyun, mencari tempat yang lebih nyaman untuknya.

Jemari Jaehyun beralih menyisir rambut Taeyong yang lembab, dengan sesekali mengecup puncak kepala Taeyong, memastikan kekasihnya itu merasa lebih baik.

"Jaehyun" suara Taeyong terdengar begitu serak, mungkin karena dari tadi meloloskan erangan, dimana kemudian Jaehyun meraih gelas dalam jangkauannya dan memberikannya pada Taeyong.

Melihat lelaki itu menenggak minum dengan rakus cukup membuat Jaehyun mampu bernafas lega.

"Sudah mendingan?"

Taeyong menganggukkan kepalanya. Dia menarik tubuhnya, duduk disamping Jaehyun yang tengah berbaring disampingnya, yang sejak tadi mendekapnya sampai dia merasa jauh lebih nyaman.

"Bukankah seharusnya kamu.. makan.. Sicheng—"

"Hm-m, setelah kamu enakan" tangan Jaehyun meraih tangannya yang masih sedikit nyeri, namun jauh lebih baik dari sebelumnya. Lelaki itu mengecup telapak tangannya, "Sicheng bisa menunggu, kamu- aku tidak tega meninggalkanmu sendirian" ucap Jaehyun yang kemudian turut mengangkat tubuhnya, bersila didepa Taeyong.

"Kamu perlu.. dengan Sicheng sekarang? Biar aku keluar.."

Jaehyun menatapnya begitu dalam, entah apa maksud dari tatapan yang Jaehyun berikan padanya.

Sebelum akhirnya Jaehyun menganggukkan kepalanya.

"Aku melakukan ini supaya cepat sembuh" ucap Jaehyun, "Mengenai kamu- menjadi partnerku—" dengan nada ragu yang dia selipkan di tiap kalimatnya, dia terhenti ketika tatapannya mendarat pada Taeyong yang tersenyum padanya, menepuk tangannya yang dia letakkan diatas lututnya.

"Kita bicarakan itu nanti saja, yang penting sekarang kamu sembuh dulu" dan dengan itu Taeyong turun dari kasur Jaehyun, melirik kearah kekasihnya sebentar, sebelum dia persilakan Sicheng masuk ke kamar Jaehyun.

WILLOW || JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang