Part IV: The War

1.1K 167 24
                                    

Renjun dan Hendery langsung menggerakkan tim medis mereka untuk mengevakuasi seluruh korban yang tersungkur memenuhi The Hall.

Jaemin menutup The Hall dengan pelindung transparan, berguna untuk menangkal sinar matahari sehingga mereka bisa aman didalamnya.

Johnny telah menarik pasukannya, meninggalkan beberapa bangkai tubuh klan hitam, bahkan Feral yang bergelimpangan disekitar The Hall; yang mati karena terbunuh dan terbakar sinar matahari.

Taeyong menyaksikan semuanya.

Betapa hancur bangunan itu, terlapisi darah dan tubuh tak bernyawa, dimana semua orang dihadapannya berjalan dengan cepat, bolak-balik membersihkan tempat.

Tumbangnya tubuh disana, seharusnya tidak sebanyak itu apabila dia tidak melakukan tindakan bodoh tadi. Seharusnya dia menjaga tangannya dari segala tombol di meja Jaemin, bukannya membuka pintu salah satu serum seperti yang telah dia lakukan. Beruntung yang dia buka bukan Lifetime Serum, namun tetap dia merasa menyesal telah melakukannya.

Taeyong menggeser pandangannya, melirik sosok lelaki dengan rambut perak tergeletak mengenaskan, dimana tubuh itu tengah diangkat perlahan, penuh hormat, dengan balutan kain putih, dan tongkat yang semula dipegang diletakan dengan rapi diatas tubuh lelaki itu.

Dimana tidak jauh dari sana, pandangannya mendarat kearah Jaehyun.

Jaehyun menatapnya, dengan senyum tipis tercetak dibibirnya.

Taeyong dengan segala kekuatan yang menempel ditubuhnya, berjalan merangkak menuju tubuh Jaehyun yang ternyata lebih parah dari dugaannya.

Taeyong menopang kepala Jaehyun di lengannya, dimana tubuh Jaehyun berlumur darah; entah darah milik Jaehyun atau musuhnya, yang jelas kulit pucat Jaehyun sudah nyaris tidak terlihat. Luka Jaehyun sangat banyak, bahkan begitu parah, dan Taeyong hanya mampu meringis memandangi Jaehyun dengan luka yang tertabur ditubuh lelaki itu.

"Kamu bikin kaget, Taeyong" disela nafasnya yang tersengal, Jaehyun terkekeh, dengan meletakkan tangannya diatas tangan Taeyong yang melingkar memeluk lehernya.

"Maaf- maaf, Jaehyun" Taeyong merendahkan kepalanya, mengecup kening Jaehyun, "Maaf aku tidak bisa menyelamatkanmu"

"You did" jemari Jaehyun menepuk tangan Taeyong, "Terima kasih" desisnya, membiarkan Taeyong mengeratkan pelukan dilehernya, dimana kemudian dia bisa merasakan air mata Taeyong menetes disisi wajahnya.

"Sakit?" Taeyong menyisirkan rambut Jaehyun dengan jemarinya, dengan sepelan yang dia bisa, tidak ingin mengoyak luka Jaehyun yang mungkin ada dibalik surai gelap lelaki itu dengan ujung kukunya.

Jaehyun menganggukkan kepalanya, dia tidak akan bilang tidak hanya untuk memperlihatkan betapa kuat dia, karena pada faktanya Taeyong pun bisa melihat sekuat apa dia mencoba menahan sakit yang terus menderanya.

"Bukankah kamu harus ke rumah sakit sekarang?" tanya Jaehyun, berbisik tepat di telinga Taeyong, dan dia bisa merasakan lelaki itu menggeleng disisi kepalanya.

"Aku punya pasien yang memerlukanku sekarang"

"Renjun, Hendery, dan tim mereka akan menyembuhkanku, Taeyong" bisik Jaehyun, dia tidak punya energi untuk sekedar mengeraskan suara.

Taeyong menolaknya, dia tidak ingin meninggalkan Jaehyun, merasa turut bertanggung jawab atas apa yang menimpa Jaehyun, atas segala luka yang tercetak diatas tubuh Jaehyun, atas segala kerusuhan yang telah dia perparah dengan tingkah bodohnya.

WILLOW || JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang