[54]

2.6K 183 30
                                    



Lee Taeyong.

Hidup sebagai Lee Taeyong, bukanlah sebuah pilihan yang aku inginkan.

Aku hidup dengan sangat bahagia, sebelum semuanya runtuh berantakan.

Apakah aku kemudian menyalahi diriku atas itu?

Tidak terhitung seberapa sering aku mengutuk diriku sendiri.

Malam itu hujan dan terkepung preman malam-malam bukanlah hal baru bagiku. Mendapatkan ancaman, lebam, luka, bukanlah hal yang akan membuatku terkejut lagi. Hal itu berjalan bertahun-tahun—aku tidak menghitung berapa tahun pastinya—dan aku muak dengan diriku sendiri yang berputar di hidup mengenaskan begini.

Namun, tanpa kusadari, malam itu bukan sekedar malam yang biasa kujumpa.

Entah kemana kakiku melangkah, dan mendapatkan penyerangan kedua malam itu. Kesadaranku nyaris hilang ketika orang yang menyerangku itu mengoyak dadaku.

Sampai akhirnya aku merasakan tubuhku terangkat. Didekap, kemudian melayang jauh entah kemana.

Saat itu, yang kurasakan hanya.. nyaman.

Bagaimana angin berhembus kencang, bagaimana kain ditubuhku tidak sanggup menahan dingin menusuk kulitku, dan dada hangat yang terhimpit pada tubuhku. Tidak peduli betapa menyakitkan luka di dadaku, seakan dalam sepersekian detik, aku tidak merasakan apapun selain satu hal yang tidak pernah kurasakan lagi sebelumnya.

Kenyamanan. Aku merasa aman. Rasanya, menyenangkan.

Apakah malaikat maut sedang menggendongku ke akhirat?

Jika iya, akhirnya.




Sayangnya, tidak.

Aku membuka mata dan ditempatkan di satu ruangan yang terlihat begitu baru bagiku. Bukan kamar lusuhku, kamar itu terlihat mewah atas kesederhanaannya.

Fokusku terganggu ketika satu suara memecah keheningan yang kuciptakan.

Dia kenalkan dirinya sebagai Kim Doyoung.

Disampingnya, bernama Na Jaemin, Lee Jeno, dan Huang Renjun.

Doyoung dan Renjun langsung bangkit mengecek tubuhku saat itu, sebelum semuanya keluar selain Renjun.

Lelaki kecil itu menyapaku, menanyakan bagaimana perasaanku, dengan tatapan matanya yang sendu.

Aku menyahut, mengikuti alur pembicaraannya.

Dimana kemudian dia bilang, dia ingin menyuntikan satu vitamin untukku lewat infus.

"Oh, apa itu?"

Dia hanya tersenyum, menyuntikan cairan dalam satu tekanan, sedikit sekali.

"Supaya kamu cepat sembuh."

Tipikal kalimat dokter dan aku hanya terkekeh.

Tanpa tahu apa yang masuk ke dalam tubuhku.

Tanpa tahu bahwa setitik cairan itu membuatku melihat Jaehyun begitu asing.

"Pemilik kamar ini, yang membantumu, Jung Jaehyun." begitu kata Renjun.

Aku kemudian mendengar nama itu berkali-kali disebutkan oleh Doyoung, Jeno, dan Jaemin.

Sampai akhirnya si pemilik nama datang menjengukku.

WILLOW || JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang