[34]

1.3K 172 32
                                    

Yuta menyandarkan dirinya pada kursi kayu yang mulai akrab dengan tubuhnya.

Kali ini dia yang menyodorkan segelas kopi, meminta lelaki tua disampingnya untuk menilai kopi buatannya setelah selama ini, dialah yang selalu mendapat suguhan kopi dari si pemilik rumah.

Yuta jadi sering mampir dan kedatangannya bukan hanya sekedar atas kepentingan, melainkan karena dia butuh tempat untuk bernafas, karena dia butuh tempat yang cukup membuat setiap sendinya tenang, dan jelas bukan The Hall tempatnya.

Juga, mungkin karena dia butuh teman untuk bersandar. Chanyeol selalu membantunya berfikir lebih tenang, dengan kalimat lelaki itu yang cukup membuat kepalanya lebih terbuka.

Sebagaimana anak-anak anggota inti klan yang lain, dia juga butuh seseorang untuk menenangkan dirinya.

Mungkin, begitulah maksud Jaehyun atas pernyataan cintanya pada manusia.

Tahu apa lelaki itu tentang cinta? Ck, dia sudah berabad-abad hidup sebagai makhluk yang ditakuti manusia, mana mungkin dia masih punya sisi manusia? Sisi yang seharusnya punah dengan jiwa manusianya tiga abad yag lalu.

"Masalah klanmu?"

Yuta menganggukkan kepalanya dan tanpa fikir panjang dia curahkan isi hatinya.

Tentu, hanya yang pantas untuk orang umum dengar.

Oh ayolah, dia tidak akan serta merta mempercayai Chanyeol dan memberikan lelaki itu semua yang dia punya.

"Johnny sudah bergerak"

Chanyeol menganggukkan kepalanya.

"Dia akan meluncurkan serumnya walaupun itu serum gagal"

"Maka itu masalah besar"

Yuta terkekeh.

"Yah, klanku sudah melemah karena mereka mendapatkan kelemahan Jaehyun, dan seperti yang kamu bilang, klanku berada dalam masalah besar"

"Kamu yakin mereka hanya mengetahui Jaehyun? Bukan dirimu juga?"

Yuta mengangguk dengan pasti dan Chanyeol hanya meloloskan kekehannya.

"Johnny cukup berani mengumumkannya di pesta kemarin dan melibatkan Jaehyun dengan erat"

"Johnny selalu terlalu berani mengambil langkah"

"Bukankah itu yang bikin kalian menjadikan dia ketua klan?"

Chanyeol mengedikkan bahunya, "Mungkin" sementara Yuta hanya terkekeh menanggapinya.

Lelaki tua disampingnya itu terbatuk, cukup kencang sampai membekukan tangannya yang baru saja ingin mengangkat segelas cangkir untuk kopinya dia sesap.

Dia .. benar-benar manusia yang menua.

Yang sakit dan bungkuk layaknya strereotip orang tua lainnya.

Dengan kulit keriput yang mulai pucat.

"Andaikan aku bisa membantumu, sayangnya, aku tidak bisa melakukan apa-apa"

WILLOW || JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang