Happy reading!📚
Malam hari, Ray kini sedang makan di toko eskrim bersama Ranzie. Mereka kini sudah tertawa kembali sampai sampai lupa waktu. Ray yang tersadar akhirnya menoleh ke arah depan dan terkejut melihat langit sudah gelap.
"Hah? Udah malem?!" Ray terkejut.
"I–iya emang udah malem." Ranzie.
"Haduh, gara gara keasikan maen nih sama lo!" Ray.
"Eh kambing, jadi maksudnya lu nyalahin gue?" Ranzie.
"Ya iyalah, gue jalannya sama lo doang kok."bRay.
"Eh tapi lo nya juga mau kan? Lo juga yang awalnya ngajakin gue!" Ranzie.
"Duh.. gue ga mau tau, pokoknya lu anterin gue balik sekarang!" Ray.
"Ngapain sih buru buru banget?" Ranzie.
"Ye pake nanya lagi lu kadal! Tar kakak gue ngomel lagi sama gue." Ray.
"Tenang aja. Selama lo sama gue, lo ga akan kena marah sama kakak kakak lo karena gue sama lo udah—." Ranzie memotong omongannya.
"Udah..?"
"U–udah.. udah ah yuk balik." Ranzie.
"Ye kadal ga jelas!" Ray langsung pergi ke luar dari toko eskrim itu dan langsung di susul oleh Ranzie.
Mereka kini sedang berjalan menuju rumah Ray. Sesampai nya mereka di sana, seperti biasa, Ranzie mengantar Ray sampai di depan pintu nya. Mereka mulai memencet bel rumah itu. Tak lama, salah satu bibi di rumah ini keluar dari dalam rumah.
"Non Ray.. silahkan non." Bibi mempersilahkan Ray masuk.
Ray dan Ranzie langsung masuk ke dalam rumah keluarga Marteen itu.
"Mah.. mamah, Ray mana? Kok ga ada di kam—." Edward menghentikan omongannya saat melihat Ray dengan Ranzie sudah berada di rumah.
"Ray? Ranzie? Kok kalian baru pulang?" Edward.
Tak lama Alex dan Kevin ikut turun menghampiri Edward.
"Iya kak.. tadi aku sama Ray jalan jalan." Ranzie dengan muka tenangnya.
Ray menghampiri Edward dan memeluk nya. Sungguh, ia benar benar ga mau berantem lagi dengan kakaknya kali ini.
"Kak.. maaf Ray main ga inget waktu." Ray yang masih memeluk kakaknya.
Edward melepas pelukannya dan berjongkok sambil memegang pundak adik nya itu.
"Gapapa cantik, kali ini kakak ga marah." Edward.
"Kak Alex? Kak Kevin?" Ray melirik mereka berdua.
Mereka mengeluarkan senyumnya dan menggeleng. Bukan nya senang, ia malah bingung dan mulai berfikir.
"Ih tumben banget?" Batin Ray.
"Ehm yaudah kak, Ray, aku pulang ya." Ranzie.
"Iya iya, hati hati ya.."
Ranzie mengangguk dan memberi tatapan meledek ke arah Ray sebelum akhirnya dia pergi dari rumah Marteen.
"Ye.. apa lo kadal?!" Ray sambil mengangkat tangannya seperti orang ingin memukul.
"Makan malem yuk.." Edward.
"Ray udah makan tadi di luar sama Ranzie. Ray mau langsung ke kamar." Ray.
"Makan apa?" Edward.
"Hm? Ma–makan itu.. Ray ngantuk. Ray mau ke kamar."
Ga mungkin Ray bilang ke kakaknya yang super posesif ini kalau dia tadi habis makan eskrim satu porsi, bisa bisa ia dan kakak kakaknya bertengkar lagi. Yah.. walaupun cuma gara gara masalah yang sepele.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Brother
Random"DASAR KERAS KEPALA" "DASAR KAKAK POSESIF!" "Kakak ga akan posesif kalo kamu ga keras kepala!" "Adek ga akan keras kepala kalo ga terus di kekang! Dasar cowok!" ________________________________________________________ Menjadi putri bungsu? Punya 3 k...