Happy reading!📚
"Minta penjelasan apa?"
"Apa maksud omongan lo pas di rumah sakit hah?!" Kini Ranzie sudah berani membentak Ray.
Ray terkejut dan mulai menggenang kan air matanya. Demi tuhan, Ranzie benar benar menakutkan.
"Lo apa apaan sih?! Berani lo sekarang bentak gue? Ga ada keseriusan dalam omongan gue kemarin!, Gue juga khawatir saat lo ga ada kabar berhari hari! Sorry kalo omongan gue masuk ke hati lo. Gu–gue.. gue tau bercandaan gue ga lucu, tapi omongan gue beneran ga serius kemarin." Ucapnya sambil menangis tersedu sedu.
"Ya Ray, candaan lo ga lucu. Yang lo mainin itu perasaan gue!"
"Lo juga sama kok. Bahkan belum ada kata putus dalam hubungan kita, lo udah berduaan sama cewek lain!. Sekarang semuanya terserah elo." Ray kini sudah pasrah.
Karena tidak tahan melihat perempuannya yang terus menangis, ia langsung memeluk nya. Pelukan hangat nan tulus dan tentu di balas pelukannya oleh Ray.
"Maaf, maaf. Maafin aku Ray." Ranzie mengeraskan pelukannya.
"Syuttt, jangan nangis lagi. Aku minta maaf." Ranzie mulai menggerakkan tangannya untuk menghapus air mata Ray.
Ray hanya mengangguk kecil dan berusaha memberhentikan isak tangis nya. Ia pun sadar bahwa kesalahan itu tidak sepenuhnya ada di Ranzie, ia pun juga salah di sini. Tapi ia tak mampu hanya sekedar mengucapkan kata maaf.
***
Kini mereka sudah sama sama tenang. Sekarang mereka sedang duduk di bangku taman dan sedang menikmati eskrim. Karena rasa bersalah dan tidak mau kehilangannya, Ray terus memeluk tangan kiri Ranzie sambil menaruh kepala nya di bahu Ranzie.
"Lupain yang tadi ya. Maaf aku terlalu kasar sama kamu." Ranzie.
Ray mengeluarkan senyum jahilnya. Ia menggerakkan tangannya yang memegang eskrim, lalu mengarahkannya tepat di ujung hidung Ranzie.
"Ray.. ini dingin!" Ranzie menghela nafas.
"Haha.. denger ya, masalah ini ga sepenuhnya salah kamu kok. Kalau aja aku tau kalo aku dan kamu itu—." Ray menggantung kalimatnya.
"Apa? Udah di jodoh–in?"
"Tapi kayaknya percuma kalo kamu nya ga sayang sama aku." Lanjut Ranzie.
"Hmm.. jangan ngomong gitu." Ray mengerucutkan bibirnya.
"Coba untuk mencintai aku ya Ray." Mohon Ranzie.
"Aku cinta kamu, aku sayang kamu Ranzie." Ucap Ray lalu mengulum hidung ujung hidung Ranzie yang terdapat eskrim karena ulahnya tadi.
Omongan dan perlakuan Ray itu sukses membuat jantung nya berdegup cepat. Matanya membulat seketika. Perasaan apa ini? Rasa nya ga karuan. Ranzie hanya bisa menganga sambil termenung menatap Ray. Perempuan itu menyadari pipi lelaki di samping nya memerah pun tertawa pelan.
"R-ray.."
"Cair tuh es krim nya." Ray tersenyum geli dan melanjutkan aktifitas nya.
♡♡♡
Kini kedua sejoli itu sedang berjalan untuk memasuki rumah keluarga Marteen. Ternyata rumahnya sepi. Kakak kakaknya masih kuliah dan mamahnya entah kemana.
"Kamu duduk aja, aku mau ganti baju dulu." Ray.
Ranzie mengangguk paham dan langsung duduk di sofa. Beberapa menit kemudian, Ray akhirnya selesai berganti baju. Ia segera turun dan mendapati Ranzie sedang menonton tv. Di depannya sudah banyak cemilan. Sungguh, ia benar benar seperti berada di rumah sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Brother
Sonstiges"DASAR KERAS KEPALA" "DASAR KAKAK POSESIF!" "Kakak ga akan posesif kalo kamu ga keras kepala!" "Adek ga akan keras kepala kalo ga terus di kekang! Dasar cowok!" ________________________________________________________ Menjadi putri bungsu? Punya 3 k...