#Rencana

291 18 0
                                    

Happy reading!📚

"Nek.. Ray mana?!"

Arthur yang baru pulang dari liburannya itu langsung mencari Ray yang sudah ia pikirkan dari hari kemarin. Yah, Ray pulang duluan tanpa bilang apapun ke teman temannya.

"Kenapa Rayan pulang sendiri? Tengah malem dia sampai di rumah!" Omel nenek Albert.

"Aduh nek, marahin aku nya nanti ya. Ray mana? Di kamar ya? Rayan!" Teriak Arthur memanggil nama Rayan dan langsung menuju ke kamarnya.

Saat masuk ke kamar Ray, perempuan itu sedang melakukan perawatan wajahnya. Ia tampak tidak peduli dengan kehadiran Arthur di sana.

"Ray, lo kenapa pulang ga bilang sih? Pulang naik apa lo?"

Ray benar benar tidak peduli dengannya. Perempuan itu lebih memilih naik ke kasurnya dengan masker wajah yang masih menempel di mukanya.

"Ray, lo denger gue ga sih?"

"Berisik, gue mau tidur. Tau pintu keluar kan?" Ray dengan cuek.

"R-ray, lo marah?"

Ray yang mendengar itu pun hanya menghela nafas pasrah. Ia mencoba bersabar dengannya kali ini.

"Huft.. Thur, lo kan capek baru pulang dari liburan lo, mending sekarang lo tidur ya. Gue juga mau tidur soalnya."

"Y-yaudah, tapi lo udah makan?" Saat menanyakan itu, Ray tidak menjawab.

Perempuan itu sudah membelakanginya dan berpura pura tertidur. Mau, tidak mau Arthur kembali ke kamarnya. Ray hanya berpura pura tertidur. Ia sungguh malas berurusan dengan sepupunya itu.

Saat Arthur sudah keluar kamarnya pun Ray mengintip sedikit ke luar kamarnya, terlihat Arthur yang sedang di marahi oleh nenek. Ray merasa kasihan sebenarnya, tapi yasudah lah. Toh, dia juga tidak memperdulikannya kemarin.

Besok, lusa dan seterusnya Ray terus mendiamkan Arthur. Jelas lelaki itu bingung dengan tingkahnya. Ia pun sudah berusaha bertanya kepada teman temannya, tapi mereka lebih memilih tutup mulut karena Ray yang menyuruhnya dengan mengancam ia akan pulang ke Prancis jika mereka tidak menurutinya.

Kini waktunya mereka istirahat, yah mereka sedang duduk di kursi kantin. Kecuali Ray, perempuan itu memilih pisah kursi dengan yang lainnya dan lebih memilih duduk bersama teman perempuannya.

"Bro, tolongin gua lah. Udah hampir satu Minggu dia diemin gue. Kenapa sih sebenernya?!"

Arthur yang sudah mulai jengkel pun akhirnya kembali berusaha bertanya kepada teman temannya.

"Salah lo sendiri sih." Sahut Leon.

"Lu mau tau kenapa? Cincin tunangannya Ray ilang. Waktu di pantai dia berusaha minta tolong sama lo, tapi lo malah asik sama Sonya." Ucap Steven sinis.

"Serius lo? Aduh.. kalian gila? Kenapa ga ada yang mau jawab gue kemarin kemarin?!"

"Karena Ray yang minta. Kalo kita ga turutin, dia ngancem bakal pulang ke prancis." Henry to the poin.

Arthur yang sudah tidak tahan dengan sikap sepupunya itu, akhirnya ia menghampiri nya.

"Ray, gue perlu ngomong." Arthur dengan kecanggungan nya.

"Ehm.. yaudah Ray, gue duluan ya." Ucap perempuan yang bersama Ray dari tadi.

Mau, tidak mau Ray mengangguk kepada perempuan itu. Ia memilih memberi Arthur kesempatan untuk berbicara dengannya.

"Iya, nanti gue nyusul."

Setelah perempuan itu pergi, Arthur segera menduduki kursi di depan Ray. Perempuan itu lebih memilih melanjutkan makannya tanpa memperdulikan keberadaan Arthur di depannya.

Possessive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang