• я є η ∂ у т α •
"kakak, sini dulu!" Teriak Reni dari ruang dapur.
Greta menaruh ponselnya, beranjak menghampiri Reni. "Hmm? Kenapa ma?" Tanyanya dengan menopang sebelah tangan pada pinggiran meja makan. Bersender disana.
"Sayurnya hambar nih." Reni mencicipi kuah sayur yang sedang ia masak.
"Jadi?" Greta tahu maksud Reni, namun lebih memilih bertanya seakan tidak tahu.
"Beliin garam kak." Reni meronggoh saku celananya mengeluarkan uang lembar pecahan berwarna ungu yaitu sepuluh ribu.
"Ma, Rifky kan ada. Kenapa harus kakak sih?"
"Udah kakak aja, gak lagi ngapain-ngapain kan?"
Greta mendengus kesal, "Rifky juga nganggur ma." Melas Greta.
"Ya Allah kakak, disuruh beli garam aja repotnya minta ampun. Cuma beli aja kak, gak jauh di supermarket depan gang kak. Kan ntar kakak juga makan sayurnya. Cepet beli!" Omel Reni, jurus emaknya sudah mulai keluar. Kalau sudah begini Greta pun tidak berani menolak.
Greta meraih uang, berjalan meninggalkan Reni. Mengambil cardigan berwarna cream, cardigan andalan jika disuruh untuk membeli sesuatu ke warung. Cardigan itu menutupi baju daster panjang dengan lengan pendek yang sedang digunakan.
(Ootd Greta, -mau ke warung aja cans ye)
Pasti kalian juga ada kan cardigan atau jaket andalan untuk meluncur ke warung?
"Kak, gue titip kinder joy ya." Pinta Rifky enteng, berbicara dengan Greta tapi tatapannya tak berpindah pada layar ponsel yang menampilkan game.
"Gak."
"Pelit lo."
"Uangnya gak cukup wahai Rifky. Adek siapa sih lo ngeselin banget."
"Adek Lee min ho."
"Lee min ho amit-amit punya adek bentukan lo."
"Ma!" Adu Rifky.
"Ma! Ma! Ma! Anak mami lo!" Ejek Greta dengan wajah yang dijelek-jelekkan seraya menjulurkan lidahnya.
"Eeitss kak, yaudah gue titip ice cream aja."
"Gak janji."
KAMU SEDANG MEMBACA
RENDYTA | END
Teen FictionINI CERITA PERTAMA SAYA JADI MASIH BERANTAKAN. ❝𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐩𝐮𝐬 𝐧𝐚𝐦𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐤𝐢𝐫 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫.❞ Rendy Putra Denatan. Lelaki tampan dengan segudang kesempurnaan, merupakan vok...