• я є η ∂ у т α •
"Gret, Greta!"
Greta menoleh, "Kenapa?"
"Em–, Put-Putra.."
"Kenapa sama Putra?" Tanya Greta penasaran.
Gadis itu hanya diam, tidak menjawab pertanyaan Greta. Dengan jari memilin ujung bajunya.
"Kenapa sama Putra, Ness?!" Greta menggoncang tubuh Nessa—temannya, tubuh Greta bergetar hebat, bibirnya pun ikut bergetar. Semua organ tubuhnya melemah seperti ingin ambruk detik itu juga. Namun dengan sigap Nessa menopang tubuh ramping Greta.
"Putra udah pergi, Gret. Dia kecelakaan—"
"PERGI KEMANA? DIA GAK PAMIT SAMA GUE!" Teriak Greta masih menggoncang tubuh Nessa meminta jawaban.
"Gret, sadar Gret! Semuanya udah terjadi. Gak ada yang bisa ngubah takdir."
"Ta–tapi Putra janji gak bakal tinggalin gue. Trus sekarang kenapa dia malah pergi gitu aja tanpa pamit? Kenapa Ness? Hiks.." Greta menangis hebat didalam pelukan Nessa. Menangis sesugukan dengan deru nafas yang tak teratur. Tubuhnya sudah menggigil hebat.
"Gue mau liat Putra untuk terakhir kalinya, Ness. Gue mohon, gue mau liat Putra." Lirih Greta dengan mata sayu menatap Nessa, suaranya sangat pelan dan parau bahkan hampir tidak terdengar.
"Gue ngerti Gret, tapi putra udah dibawa keluarganya. Sabar Gret, gue tau ini sulit."
"KENAPA KELUARGANYA JAHAT SAMA GUE? GUE CUMA MAU LIAT PUTRA SEDETIK AJA, SEDETIK AJA..."
"KENAPA INI HARUS TERJADI SAMA GUE? SAKIT NESS, SAKIT, GUE MAU PUTRA.."
"BAHKAN BUAT LIAT PUTRA UNTUK TERAKHIR KALINYA AJA GUE GAK BISA.."
"PUTRA!"
Greta mengusap butiran air jernih pada ujung matanya, dengan hidung yang sudah penuh dengan ingus. Greta bangun dari tidurnya, "ah mimpi ini lagi." Ucapnya.
Padahal Greta hanya tidur siang sebentar, namun bayangan Putra selalu ada dan menghantui Greta, bahkan dalam mimpi sekalipun.
"Kakak, mimpi lagi?" Reni datang menghampiri Greta.
Mungkin karena teriakan Greta yang cukup keras mengejutkan Reni.
Greta hanya mengangguk pelan seraya berusaha menampilkan senyum nya, walau sulit untuk bibir ranum itu melengkung membentuk senyuman.
Reni duduk dipinggiran kasur, mengusap air mata yang masih tersisa di pipi putri sulungnya itu, "kak, jangan diingat terus. Mama tau ini sulit, tapi Putra bakal sedih kalau liat kakak gini terus." Ucapnya pelan, menenangkan.
Tubuh Greta kembali bergetar, matanya memanas. Greta berusaha menahan tangisnya namun nihil, rasa sesak itu tidak bisa ditahan. Greta menangis sejadi-jadinya, memeluk erat kedua tangan Reni. Menangis disana, tidak peduli wajahnya yang sudah penuh dengan air mata serta ingus.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENDYTA | END
Teen FictionINI CERITA PERTAMA SAYA JADI MASIH BERANTAKAN. ❝𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐩𝐮𝐬 𝐧𝐚𝐦𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐤𝐢𝐫 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫.❞ Rendy Putra Denatan. Lelaki tampan dengan segudang kesempurnaan, merupakan vok...