• я є η ∂ у т α •
"kok bisa tau?" Tanya Greta penasaran, setahunya ia tidak pernah bercerita mengenai masalalunya kepada orang lain. Hanya Wina dan Nara yang tahu.
"Juan."
Yah, Greta bisa menebaknya saat Rendy mengucapkan nama Juan. Ini pasti Wina yang membocorkan pada Juan dan sampai di telinga Rendy.
"Ember banget, heran." Kesal Greta pelan.
"Secinta itu sama dia?"
"Gue jelasin juga gak bakal paham."
"Kalau gue paham gimana?"
Greta berdecak kesal, Rendy tidak mau menyerah rupanya terlalu kepo perihal masalalunya.
"Lo pernah gak dapet peringkat 1 di kelas atau menangin suatu pertandingan?" Rendy hanya mengerutkan keningnya. Tidak mengerti maksud Greta, "Rasanya sama, pasti sangat berkesan dan membekas bahkan diingat sampai kapanpun." Lanjut Greta ikut menyenderkan badannya pada meja. Menatap langit-langit palfon dengan sayu.
"Lupain, jangan terlalu dikenang. Karena yang berlebihan itu gak baik ingat masih ada orang lain yang bakal ngisi hati lo."
Deg.
Greta menyampingkan badannya menatap Rendy dengan tatapan mengintrogasi.
Itu kata-kata putra, sebelum pergi..
"Hei, kenapa?"
Greta tersadar, "em— udah gak usah di bahas."
"Gue bakal buat lo suka sama gue."
"Ngaco."
"Gue bakal buat kenangan yang gak akan bisa lo lupain. Mengganti kenangan lama dengan kenganan kita berdua."
Blushing, pipi Greta merah sempurna, matanya sesekali mencuri pandang pada Rendy yang sudah menatapnya serius.
Greta malu. Ayolah, walau Greta tidak suka Rendy tapi bagaimanapun juga Greta adalah wanita normal yang akan malu dan salting.
"Mau bilang gue becanda lagi?" Potong Rendy cepat saat Greta ingin membuka mulutnya.
"Gue gak pernah becanda sama ucapan gue, Gret. Gue bakal buat lo suka sama gue."
"Te–terserah! gue gak janji bisa buka hati buat lo." Ucap Greta sedikit terbata.
"Gue gak janji juga bakal nyerah buat taklukin hati lo."
"Awas nanti jatuh cinta!" Rendy mengusap puncak kepala Greta, seraya tersenyum simpul. Menganggukkan kepalanya pelan.
Mata keduanya bertemu dan menatap satu sama lain tanpa berkedip, seakan waktu terhenti. Hingga didetik berikutnya Greta tersadar dan memalingkan wajahnya, "pd banget sih, gak bakal gue jatuh cinta sama lo!" Ketus Greta seraya menggaruk tengkuk lehernya.
"Jangan terlalu membenci nanti terlalu mencinta juga. Gue gak mau tanggung jawab ya." Ucap Rendy dengan kepercayaan diri yang tinggi, menarik kedua ujung bibirnya. Tersenyum tipis disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENDYTA | END
Teen FictionINI CERITA PERTAMA SAYA JADI MASIH BERANTAKAN. ❝𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐩𝐮𝐬 𝐧𝐚𝐦𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐤𝐢𝐫 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫.❞ Rendy Putra Denatan. Lelaki tampan dengan segudang kesempurnaan, merupakan vok...