16. Jangan Kasih Harapan
Tring.
Bel sekolah berbunyi, seperti yang kita tahu bahwa bunyi nyaring itu adalah pertanda bahwa sekolah telah selesai, semua orang berhamburan meninggalkan sekolah.
"Gue sama Juan duluan ya." Wina melambai kepada Greta dan juga Rendy, menggandeng erat tangan Juan, menuntun Juan kearah parkiran.
"Gue sama cewek gue mau pulang juga, bye." Pamit Elang, lalu mendekatkan wajahnya pada telinga Rendy, "ingat, jaga nafsu jangan sampe gue punya ponaan." Bisiknya.
"Bangsat." Umpat Rendy pelan seraya menginjak kaki Elang. Mata Rendy melirik Greta yang sibuk berbincang dengan Nara, takut Greta mendengarnya. Bisa gawat!
"Yaudah yuk," ajak Nara, "Gret, duluan ya." Pamitnya.
Rendy lalu menoleh menatap Greta sedikit menunduk karena Greta lebih pendek darinya, "Gret, gue mau latihan. Ntar sore siap latihan gue jemput, ya?" Pintanya.
Greta hanya manggut-manggut, "jangan telat, gue naik ojol ntar kalau lo lama." Ucapnya.
Rendy menarik kedua ujung bibirnya membentuk senyuman disana, tangannya perlahan menuju pada puncak kepala Greta. Mengusap lembut disana, seperti ada desiran hangat Greta rasakan saat puncak kepalanya di usap lembut oleh Rendy, rasanya sangat nyaman. Greta hanya menunduk patuh bak anak kecil kala Rendy mengusap puncak kepalanya.
"Siap latihan gue langsung jemput." Ucap Rendy pelan, menghentikan aksinya mengusap puncak kepala Greta.
"Gret," panggil Rendy.
"Hmm?"
"Jangan deket-deket sama cowok di belakang gue, gue gak janji cowok itu bakal baik-baik aja setelah itu." Ucap Rendy dingin, tidak ada senyum hangat seperti beberapa detik sebelumnya.
Greta memukul lengan Rendy sedikit canggung, "lebay lo mah!"
"Gue serius dikatain lebay."
"Udah ah sana, bimbelnya mau mulai." Greta langsung berlari meninggalkan Rendy, disela lari kecil nya Greta menghadap belakang sekilas menatap Rendy yang berada di belakangnya, "JANGAN TELAT, INGAT!" Teriak Greta lalu tersenyum simpul pada Rendy.
Tanpa sadar bibir Rendy ikut tersenyum menatap Greta dengan tatapan yang tidak bisa diartikan secara khusus, tatapan yang tulus.
"Rendy."
Rendy menoleh pada seseorang yang menyapanya, manik mata hitam pekatnya langsung bertemu dengan sosok buk Lena, guru muda yang cantik.
"Iya buk?" Tanya Rendy.
"Ngapain masih disini? Tungguin Greta ya?"
Rendy hanya mengangguk sebagai jawaban.
Buk Lena memukul kuat lengan Rendy seraya tertawa nyaring, "ngapain sama Greta, mending sama ibuk aja." Tawa buk Lena terhenti karena tatapan tajam nan mematikan yang diberikan Rendy.
Bisa-bisanya buk Lena berbicara seperti itu. Membuat mood Rendy langsung berubah 180°, apa-apaan ni guru?.
"Maaf buk, saya duluan." Pamit Rendy dengan nada dingin khasnya. Malas meladeni buk Lena yang memang sering menyapa bahkan menggoda Rendy! Tidak ingat umur memang, cocoknya sama Adit ini guru bukan sama Rendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENDYTA | END
Teen FictionINI CERITA PERTAMA SAYA JADI MASIH BERANTAKAN. ❝𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐩𝐮𝐬 𝐧𝐚𝐦𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐤𝐢𝐫 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫.❞ Rendy Putra Denatan. Lelaki tampan dengan segudang kesempurnaan, merupakan vok...