03. SMA Saturnus

12.1K 641 19
                                    

"Dijodohin?"

Reza yang baru pulang dari rumah sakit seperti terhantam ombak besar. Satu kata itu telah membuat pikiran Reza terkecamuk dan melayang kemana mana. Apa yang dipikirkan oleh mama dan papanya?

"Iya. Dan kamu harus mau. Nggak ada penolakan buat ini semua" Ujar Sasa.

"Tapi ma. Reza nggak mau dijodohin. Reza udah gede. Reza bisa cari jodoh sendiri" ujar Reza.

"Mana? Mana jodohnya? Kamu sekarang udah jadi dokter Reza. Umur kamu udah 23 tahun. Mama rasa, kamu udah cukup umur buat nikah" jawab Sasa.

"Kenapa mama sama papa tiba tiba pengen jodohin aku sih? Emangnya aku keliatan nggak laku apa?"

"Iya. Emang kamu nggak laku. Papa tau dari kamu SMA dulu nggak ada cewek yang kamu seriusin. Kamu malah jadi playboy cap tokek nggak jelas. Papa tau kamu sekarang udah besar. Udah jadi dokter. Kamu harus nikah titik! Besok malem, kita bakal kerumah sahabat papa sama mama. Anak mereka yang nanti bakalan jadi istri sah kamu" jelas Ardi.

"Papa sama mama curang tau nggak. Ini tuh nggak adil"

"Terserah apa kata kamu Reza. Kalo kamu ngebantah omongan mama sama papa, pernikahan bakal mama ajuin jadi besok!!" tegas Sasa lalu pergi bersama Ardi.

Reza menatap nanar kepergian mama dan papanya. Pria itu mengacak rambutnya frustasi. Ia sudah besar. Tidak sepantasnya seorang dokter seperti Reza harus dijodohkan. Bahkan Reza sendiri tak tau dengan siapa ia harus menikah. Bagaimana jika calonnya nanti tidak secantik yang ia bayangkan? Bagaimana jika istrinya nanti cupu, jelek, manja. Reza menggelengkan kepalanya cepat. Ia tak mau jika dijodohkan.

••••

Zahra termenung sambil mengaduk aduk batagornya. Tatapannya kosong. Pikirannya sedang berekreasi. Zahra berpikir dengan keras supaya ia bisa membatalkan perjodohan itu.

Ify dan Febby menatap bingung sahabatnya. Tidak biasanya Zahra diam dan hanya mengaduk makanan. Batagor adalah makanan favorite Zahra. Ia akan melahap habis batagor itu. Tapi tidak untuk sekarang. Zahra seperti orang sakit yang tidak selera makan.

"Ra. Kok cuma lo aduk aduk doang sih batagornya. Dimakan dong. Kalo maag lo kambuh gimana?" tanya Ify.

"Gue nggak laper" singkat Zahra.

"Lo ada masalah? Kalo ada, cerita aja ke Febby sama Ify. Siapa tau kita bisa bantu" ujar Febby.

Zahra menyunggingkan bibirnya, "Gue yakin 100% kalo lo berdua nggak bakal bisa bantuin gue"

"Seberat apa sih masalah lo?" tanya Ify geram.

Zahra menghembuskan nafasnya perlahan. Ia siap untuk berbagi keluh kesah dengan sahabatnya.

"Gue dijodohin"

"APAA? LO DIJODOHIN?" teriak Ify dan Febby bersamaan.

"Dan lebih parahnya lagi gue tuh nggak tau siapa yang bakal jadi suami gue" jawab Zahra.

"Lo nggak coba buat nolak?" tanya Ify.

"Udahhh. Gue udah nangis nangis kejer biar mami sama papi gue kasian terus batalin perjodohan itu. Tapi ya gimana? Nggak ada perubahan. Mami sama papi ngebet banget pengen liat gue nikah"

"Lo hamil?" tanya Febby dengan wajah polos.

"Sembarangan mulut lo. Ya nggak lah. Ya kali gue hamil. Selera sama cowok aja enggak gimana mau hamil" kesal Zahra.

RE-ZAHRA : After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang