20. Taman

6.4K 306 4
                                    

"Saat bersamamu, aku merasa menjadi perempuan paling beruntung di dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saat bersamamu, aku merasa menjadi perempuan paling beruntung di dunia. Kasih sayangmu yang membuatku bahagia sepanjang waktu"

••••

"ZAHRAAAA"

Gadis yang bernama Zahra itu langsung membuka kedua matanya sambil berdecak kesal. Baru saja ia ingin menuju ke alam mimpi malah tidak jadi. Matanya menangkap dua orang gadis berseragam SMA yang berlari ke arahnya dengan girang.

"Ini rumah sakit. Nggak usah teriak teriak. Pasien yang lain nanti keganggu" ujar Reza memperingatkan.

"Sensi amat lo sama kita. Niat kita kesini kan baik" jawab Ify.

"Iya, kita kesini mau jengukin Zahra. Hampir seminggu Zahra nggak masuk sekolah" tambah Febby.

"Zahra, lo apa kabar? Gimana keadaan lo?" tanya Ify.

"Masih gini gini aja" lirih Zahra.

Gadis itu memegang kepalanya yang terasa sakit dan nyeri. Memang seperti inilah Zahra. Ketika ia terbangun dari tidurnya, pasti kepalanya akan sakit dan berat.

"Lo masih sakit ya? Suara lo lemes gitu" sahut Febby.

"Kalian berdua kenapa kesini? Kok nggak bilang dulu ke gue?" tanya Zahra.

"Kita mau liat keadaan lo lah. Gue pikir lo udah sembuh, taunya masih sakit" jawab Ify.

Ceklek

Suara decitan pintu yang terbuka membuat penghuni kamar rawat itu seketika menoleh. Terlihat seorang pria yang memakai kemeja biru tua serta dibaluti jas dokter sedang berdiri diambang pintu. Kedua tangannya memegang beberapa obat.

"Eh, ada tamu" ujar Farel.

Dokter sekaligus sahabat Reza itulah yang menangani Zahra ketika ia sakit. Bisa dikatakan bahwa Zahra dirawat oleh dua dokter.

"Ra, waktunya lo minum obat. Sekarang lo duduk, gue bantuin minum" ujar Farel.

"Biar gue yang minumin. Nggak usah modus lo" sahut Reza.

"Usaha dikit bisa kale" cibir Farel.

Reza membantu Zahra duduk dengan perlahan dan hati hati. Sebelah tangan Zahra pun tidak boleh banyak gerak ataupun tindihi. Karena bila itu terjadi, darah Zahra akan keluar dan mengalir pada selang infus tersebut.

Zahra menatap nanar obat obatan itu. Ia menghembuskan nafasnya perlahan. Hampir seminggu ini, hidupnya bergantung dengan obat. Sehari ia minum 3 kali sesudah makan. Jika tidak minum, tubuhnya akan semakin lemas. Zahra lelah. Dirinya yang benci akan obat malah harus menelannya setiap hari.

"Harus banget ya gue minum?" gumam Zahra pelan. Namun seisi kamar rawat masih bisa mendengarnya. Termasuk Reza. Pria itu sebenarnya tak tega jika melihat Zahra lemas seperti ini. Ketika sakit, Zahra seperti tidak memiliki semangat untuk sembuh. Obat obatan yang selama ini Zahra minum pasti sangat menyiksanya. Reza menghela nafas. Dia sendiri yang menjadi penyebab Zahra dirawat.

RE-ZAHRA : After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang