"REZAAAAA KOK LO NGGAK BANGUNIN GUE SIH TADIIIII"
"Ra jangan teriak teriak dong. Gue tadi udah bangunin lo tapi lonya aja yang tidurnya kayak orang meninggal"
Zahra menggeram dan mengepalkan tangannya kuat. Gadis itu kalang kabut menata buku buku pelajarannya. Kejadian ketika mati lampu tersebut sukses membuat Zahra ketakutan dan tidak bisa tidur. Ia berniat untuk membangunkan Reza tapi tidak tega. Dan Zahra terus memelekkan matanya sampai lampu menyala. Sialnya, lampu menyala tepat pada pukul 3 pagi. Saat itulah mata Zahra sudah tidak kuat menahan kantuk dan baru terpejam.
Pagi ini pun Zahra harus bangun kesiangan. Itu juga karena listrik yang tiba tiba padam. Alat pengukur waktu telah menunjukkan pukul 06.55. 5 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Zahra sudah pastikan bahwa hari ini ia akan telat dan menerima konsekuensinya.
Saat didalam mobil Reza pun Zahra tak henti hentinya mengumpat dan memarahi Reza. Jika Reza membangunkannya maka Zahra tidak akan telat seperti ini. Yang jadi objek kemarahan pun hanya bisa pasrah dan mengaku salah.
Tak lama kemudian, mobil Reza berhenti tepat didepan gerbang SMA Saturnus. Zahra segera turun dari mobil dan langkahnya ia hentikan. Kepalanya mendongak menatap gerbang yang sudah tertutup rapat.
"Tuh kan. Gue jadi telat gara gara lo" kesal Zahra.
"Ya itu salah lo juga. Tidur lo keenakan. Lo sebenernya tidur apa latihan meninggal?" tanya Reza.
"Berisik lo setan"
Zahra memutar otaknya dan menyentikkan jarinya beberapa kali. Ia berjalan mondar mandir agar bisa menemukan ide. Jika Zahra berteriak dan meminta untuk membukakan gerbang, satpam pasti akan langsung menyeretnya pada guru piket.
Zahra berjalan mendekat ke arah gerbang dan memegangnya. Sebuah ide melintas dibenak gadis itu. Zahra celingak celinguk untuk memastikan bahwa tidak ada guru piket yang akan menangkap manusia biadab seperti Zahra.
"Lo ngapain malah celingak celinguk kayak gitu? Buruan masuk. Gue juga mau berangkat kerumah sakit" ujar Reza.
Zahra mengalihkan pandangannya menatap Reza. Ia menatap Reza dan mengeluarkan puppy eyesnya. Tangannya ia sodorkan didepan Reza. Reza yang paham akan itupun mengeluarkan dompet dari saku celananya. Ia memberikan selembar uang 50 ribu kepada Zahra.
"Nih. Gue tambahin uang jajan lo" ujar Reza.
Wajah Zahra berbinar seketika saat melihat uang berwarna biru itu. Sudah lama Zahra tidak pernah merasakan bagaimana nikmatnya memegang uang itu. Zahra melempar senyum termanisnya kepada Reza.
Cup
Karena tubuh Zahra tidak setinggi Reza, ia berjinjit dan mencium cepat bibir Reza.
"Makasih buat duitnya. Yang semangat kerjanya suami" ujar Zahra disertai senyumannya.
Reza diam dan membeku. Tidak percaya dengan yang dilakukan Zahra tadi. Ini pertama kali Zahra menciumnya dan itu adalah di bibir. Ciuman itu bukanlah first kissnya karena dulu ia dengan Nadine sudah pernah melakukannya. Namun rasanya beda. Jantungnya berdegup kencang saat Zahra menciumnya. Meskipun hanya ciuman sekilas, tapi Reza masih bisa merasakan hangatnya bekas bibir Zahra tadi.
"Reza. Kok lo malah bengong sih? Gue salah ya tadi nyium lo? Lo marah sama gue?" tanya Zahra polos.
"Hah? Enggak nggak kok. Gue...malah seneng lo tadi nyium gue" jawab Reza gelagapan.
Zahra hanya tersenyum untuk membalas ucapan Reza yang gelagapan tadi. Gadis itu kembali memegang gerbang dan mengambil ancang ancang untuk menaikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RE-ZAHRA : After Married
Teen Fiction"DASAR DOKTER GILA. NGGAK WARAS. JANGAN SAMPEK GUE KETEMU LAGI SAMA LO" Namanya Zahra, Halwatuzahra Iva Kayla. Seorang gadis bar bar serta troublemaker. Memiliki sifat polos yang tiba tiba harus menghadapi kenyataan pahit dalam hidupnya. Ia telah...